Dulu kupikir, semua masalah keuangan bakalan selesai kalau aku punya gaji gede. Nggak perlu lagi mikir bayar tagihan. Bisa jajan tanpa mikir dua kali. Dan tentunya masa depanku aman terkendali.
Tapi ternyata, realita nggak sesederhana itu.
Aku punya teman. Sebut saja namanya Loki. Udah kayak adeknya Thor, si dewa petir, ya temanku. Jelas, itu bukan nama sebenarnya ya, Bestie.
Si Loki ini kerja di perusahaan multinasional, jabatannya manajer, dan gajinya wow. Di atas rata-rata.
Dalam bayanganku, hidupnya enaklah. Ibaratnya nih, mau traveling kemanapun nggak akan sulit. Tinggal angkat koper terus berangkat deh.
Kenyataannya. Suatu malam, pas lagi nongkrong, dia nyeletuk begini, “Gue capek banget. Gaji gede. Tapi, kok rasanya kayak cuma numpang lewat doang di rekening.”
Aku masih mikir kalau dia cuma bercanda. Tapi pas lihat ekspresinya. Njirlah. Dia serius lho.
Ternyata, di balik gaji yang fantastis itu, Loki masih hidup dari gaji ke gaji. Kartu kreditnya selalu hampir limit.
Boro-boro investasi. Aku tebak dia bahkan nggak kepikiran buat menyisihkan duit tabungan pas gajian.
Dari situ aku sadar, gaji besar bukan jaminan untuk bebas finansial.
Gaji Besar = Aman Finansial? Belum Tentu
Banyak dari kita tumbuh dengan anggapan, “yang penting punya penghasilan tinggi, nanti semuanya beres.” Seenggaknya, banyak tetanggaku yang beranggapan begitu.
Padahal, itu cuma setengah dari cerita. Mereka belum tahu aja. Realitanya, semakin besar gaji, sering kali semakin besar pula gaya hidupnya.
Tuh, kayak si Loki. Mobil pinginnya ganti yang lebih keren. Makan kalau nggak di tempat fancy, nggak mau. Liburan harus ke luar negeri. Gadget kudu ganti baru tiap rilis.
Semua terasa wajar, karena toh, gajinya besar, kan?
Tapi di situlah perangkapnya. Lifestyle inflation ini bisa membuat kita tetap berada di titik nol, meski angka penghasilan kita melonjak naik.
Yang tersisa cuma Loki yang sesekali mengeluh saat nongkrong. Entah karena pingin dibayarin atau gimana. Julid ‘kan jadinya. Hmm…
Kenapa Gaji Besar Nggak Cukup Bikin Bebas Finansial?
Karena bebas finansial bukan cuma soal berapa banyak uang yang masuk, tapi juga soal bagaimana uang itu dikelola.
Sayangnya, banyak jebakan keuangan yang diam-diam menggerogoti orang bergaji besar.
Ada beberapa hal yang kuperhatikan dari Loki dan bisa jadi alasan kenapa finansialnya belum bisa aman, yaitu:
1. Gaya Hidup Naik Tanpa Disadari (Lifestyle Inflation)
Begitu penghasilan naik, kita cenderung ikut “menaikkan standar hidup”. Gimana maksudnya?
Yang dulunya cukup makan ayam geprek pinggir jalan, sekarang harus makan sushi setiap weekend. Gadgetnya masih bagus, tapi maksa banget harus ganti karena ada rilis tipe yang baru.
Belum lagi soal tempat tinggal. Semula sudah puas tinggal di kos-kosan sederhana. Eh, pas naik jabatan dan gajinya, malah pindah ke apartemen.
Apa yang terjadi selanjutnya? Emang sih gaji atau penghasilan Loki naik. Sayangnya, pengeluaran pun ikutan naik.
Kalau sudah begitu mah, nggak usah ngarep tabungan dan investasi bisa meningkat ya, Bestie. Lagi-lagi gaji Loki cuma numpang lewat doang. Masuk ke pos tagihan yang harus dia bayar.
Miris ‘kan?
2. Nggak Punya Tujuan Finansial yang Jelas
Tanpa arah yang jelas, uang akan habis untuk hal-hal yang sebenarnya nggak penting. Contohnya nih, Loki berusaha kerja keras, tapi nggak pernah duduk sebentar untuk nanya ke diri sendiri: “Sebenarnya tujuan keuangan gue itu apa, sih?”
Mau punya rumah? Dana pensiun? Atau biaya pendidikan anak?
Dia kayak hidup tanpa tujuan gitu deh. Makanya, nggak punya rencana keuangan. Tanpa rencana, ya weslah. Uang akan mengalir tanpa kontrol.
3. Terlilit Cicilan Konsumtif
Saat punya gaji besar, godaan untuk ambil cicilan makin tinggi. Mobil baru? Ambil! Ada rilis gadget baru? Beli! Furnitur estetik? Ya udah sih cicil aja!
Tapi utang konsumtif kayak gini nggak menambah kekayaan, wei. Malah jadi beban bulanan yang terus makan penghasilan.
Akhirnya, gaji besar habis buat bayar angsuran doang. Bukan buat membangun aset untuk finansial jangka panjang.
4. Kurang Literasi Keuangan
Nggak semua orang mau belajar cara mengelola uang dengan baik. Bahkan, banyak yang pintar secara akademik atau profesional, eh tapi gagap saat disuruh bikin anggaran, investasi, atau hitung bunga utang.
Akibatnya? Salah ambil keputusan finansial deh.
Pingin beli aset malah ambil yang nilainya turun. Belum lagi tertipu investasi bodong. Kalau pun bisa simpan uang, menyimpannya di tabungan biasa yang kalah oleh inflasi.
Kelihatan sepele sih emang. Tapi empat hal ini bisa jadi jebakan finansial yang dalam.
Bahkan bagi mereka yang punya penghasilan dua digit. Kalau nggak disadari sejak awal, kita bisa terjebak di siklus “kerja keras–gaji-besar–tapi tetap bingung-duitku ke mana ya”.
Kisah Loki vs Ibu Warung
Temanku si Loki tadi, emang pekerja keras, gajinya besar, tapi sayang. Dompetnya tetap ngos-ngosan karena cicilan.
Sementara itu, aku kenal sama ibu yang punya warung di depan kantor Dinas Lingkungan Hidup Indonesia. Nggak usah ngomongin gajilah. Nggak sebanyak Loki pokoknya. Warungnya kecil kok.
Tapi ajaibnya, si ibu punya tanah di kampung, beberapa kontrakan kecil, dan masih punya simpanan emas.
Kalian tahu nggak apa perbedaan keduanya?
Mindset dan pengelolaan finansialnya. Ibu warung kenalanku nggak besar pasak daripada tiang kayak Loki.
Beliau nggak kena jebakan gaya hidup. Si ibu tahu uang yang sedikit pun bisa tumbuh, asal pengelolaannya benar.
Menuju Financial Freedom
Ingat ya! Gaji bukanlah segalanya. Percuma gajimu banyak kalau gaya hidupmu kayak Loki. Cuma numpang lewat doang duitnya.
Terus, gimana dong caranya biar nggak kayak Loki?
Nggak perlu yang macem-macemlah. Kita bisa kok mulai dari hal sederhana, misalnya:
- Bikin anggaran bulanan. Biar tahu ke mana uangnya pergi.
- Investasi sejak dini. Walau sedikit asal konsisten.
- Kurangi utang konsumtif. Fokus aja buat nambah aset produktif.
- Kumpulkan dana darurat. Biar nggak panik saat krisis.
- Dan yang paling penting adalah jangan hidup buat gengsi.
Refleksi Diri
Siapa sih yang nggak ingin punya penghasilan tinggi? Aku tuh malah pingin banget punya gaji gede. Pasti bakalan menyenangkan.
Tapi, kudu hati-hati! Jangan sampai terjebak sama gaya hidup konsumtif!
Karena pada akhirnya, bebas finansial itu bukan tentang seberapa banyak kita punya gaji, tapi seberapa bijak kita mengelolanya.
Jadi, kalau ada yang bertanya padamu. Kamu tim Loki atau tim ibu warung nih?
0 Komentar
Terima kasih atas kunjungannya, jika anda memiliki saran, kritik maupun pertanyaan silahkan tinggalkan komentar anda.