Merindukan Pernikahan - Prolog -

Ketuk palu keputusan cerai telah berbunyi. Aku menyalami Pak Bram, pengacaraku, yang selama ini menbantuku menyelesaikan masalah perceraian dengan mantan istri yang dulu pernah ku cintai dengan segenap perasaanku. Tidak, rasanya aku masih memiliki perasaan yang sama meski kami tak lagi berstatus suami – istri.
Pernikahan kami bahkan belum beranjak ke tahun kedua, tapi wanita itu mengaku telah menemukan cinta sejatinya. Lalu kemana perginya cinta yang dulu pernah dia agung – agungkan sebelum pernikahan kami?
Ah, benar. Cinta itu telah hilang setelah hidup bersamaku tanpa sedikitpun kemewahan. Salahku yang tak pernah bisa memberinya apapun.
Memang benar aku telah mencukupi segala kebutuhannya. Tapi sejak awal aku tau kebutuhannya tidak hanya tentang makan, pakaian dan tempat tinggal. Dia juga membutuhkan hal lain, shopping setiap bulan kalau memungkinkan setiap akhir pekan yang mana jika melihat kondisi keuanganku itu tidak bisa ku penuhi.
Jadi disinilah aku, berdiri dihadapannya dengan memegang map hijau ditanganku. Menatapnya masih dengan binar kekaguman yang selalu berhasil aku sembunyikan.
"Sampai jumpa lagi, Ray. Ku harap kamu akan menemukan kembali kebahagiaanmu", ucapnya sambil menyodorkan tangannya mengajak bersalaman.
Dia masih terlihat menawan. Cantik dan penuh keanggunan. Senyumnya masih saja mempesona. Membuatku terpana tak bisa berkata – kata. Tapi aku harus bisa mengendalikan diri untuk tidak memeluknya disini. Dia sudah bukan milikku lagi. Bukan istriku lagi.
"Hemm", jawabku menerima uluran tangannya.
"Aku pergi, Ray. Selamat tinggal", pamitnya.
Tak ada lagi yang bisa ku lakukan selain membiarkannya pergi menghampiri seseorang. Seseorang dengan penampilan mewah yang telah menunggunya disana. Hatiku bergejolak tentu saja. Tapi aku tidak bisa melakukan apapun selain merelakannya pergi. Dia berhak mendapatkan kebahagiaannya sendiri. Meski aku sangat berharap bahagianya itu adalah aku. Sayangnya semua sudah berakhir. Seseorang itu telah membawanya pergi.
Tanganku terkepal sangat erat sampai memutih. Rasanya aku ingin memaki. Memaki seseorang yang membawanya pergi atau memaki hakim yang telah memutuskan perceraian kami. Lebih dari itu, aku ingin memaki diriku sendiri yang telah membuatnya pergi.
Bodoh

Find it on Wattpad Anaphalis javanica
Yuni Bint Saniro

Blogger wanita yang menyukai dunia menulis sejak SMA. Saat ini masih pemula. Tapi tidak masalah. Kelak ada masanya menjadi profesional. Semangat.

25 Komentar

Terima kasih atas kunjungannya, jika anda memiliki saran, kritik maupun pertanyaan silahkan tinggalkan komentar anda.

  1. Wah, itu bukan cinta sejati lah, tapi cinta karna materi, bersyukur aja Ray terlepas dari wanita seperti itu... Hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuni bilang juga apa kak yanti, harusnya Ray itu sama yuni ya kan? hehehe

      Hapus
  2. Dah lepaskan saja perempuan yang cuma kejar materi seperti ini.lebih baik pisah kini daripada nanti...hihihi
    Ditunggu kelanjutannya. Keren nih!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bismillah,,, siap kak dian, semoga semakin suka di episode selanjutnya. hehehee

      Hapus
  3. Menunggu kelanjutan ceritanya...
    Pengen ya sih, SI Ray bisa move on dan lebih berbahagia dengan pendamping yg setia dna menerima apa adanya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti si Ray sama saya kok kakak,,, sayang akutu sama Mas Ray,,,

      Hapus
  4. Cerita ini masih awal kan ya mba? Asik nih ngikutin dari awal gini. duuh nemu cewe gt, speechless deh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul kakak, cerita ini masih sangat awal, hehehe

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Pasti tokoh laki-lakinya menyesalnya...Terkadang penyesalan selalu terlambat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitu ya menurut mbaknya. Cek di part selanjutnya mbak. Yuk capcus. Hehehe

      Hapus
  7. Semoga Ray mendapatkan kebahagiaannya kembali. Ray harus menemukan wanita yang lebih baik dari mantan istrinya yang matre bingits. Wanita menawan, cantik, tapi hatinya tidak lebih baik biarkan saja pergi

    BalasHapus
  8. Bukan salah Ray sih, memang istrinya aja yang matre. Cinta sejati tidak dinilai dengan materi. Ditunggu kelanjutannya ya Mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ashiap,,, nanti yuni list di BW selanjutnya ya kakak cantik. Terima kasih atas atensinya.

      Hapus
  9. lanjuuuut mbaaa hihihi... ga sabar nunggu kelanjutannya. Tenang, cewek kek gitu mah lepasin aja hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah diceraikan sama mamas Ray kak henee,, hehehe...
      Ashiap,
      Nanti kelanjutannya dilist di BW selanjutnya ya kak.
      Terima kasih atas atensinya.
      See you.

      Hapus
  10. Wah keren ini nulis fiksi dari sudut pandang laki-laki. Hihi.. pinisirin akuh mbaak. Ditunggu kelanjutan kisahnya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga menghibur ya kak bety...
      Terima kasih atensinya.
      Nanti saya list di BW selanjutnya deh.
      Hehehehe

      Hapus
  11. Huhuhu, matre amat yak! Bukan cinta sejati namanya, kalau masih memikirkan kemewahan. Kebayang aja gimana jadinya kalau ternyata lelaki yang kedua di kemudian hari jatuh bangkrut, mau cerai lagi?

    Eh, jadi pengen tau kelanjutannya, deh!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sssttt,,, ini bukan hanya tentang Mamas Ray,, ada sesuatu di balik kesedihan...
      anyway, semoga terhibur ya kakak.

      Hapus
  12. Hmm... perceraian dilihat dari mata laki2 yang ditinggal pergi ya? Menarik nih ceritanya.. ini baru pembukaan kan? Kalau ia mengepalkan tangan apakah tandanya akan balas dendam? Aku tunggu ya part berikutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh,, yuni jadi tidak pede deh.
      Khawatir mengecewakan.
      Tapi nggak papa lah, ini hanya imajinasi yuni.
      Maafkan jika nanti tidak sesuai dengan ekspektasi kakak ya.
      Semoga terhibur.

      Hapus
  13. Aku masih berdiri di tengah-tengah mereka, deh. Belum membela tokoh perempuan karena memang laki-laki sepatutnya memenuhi kebutuhan istri. Belum membela tokoh laki-laki juga karena ini kan ceritanya dari sudut pandang laki-laki, yaaa ... Harus dengar juga dong suara hati tokoh perempuan ini. Benar kah hanya karena materi? Pembaca masih bijak nih kalau episode satu hahahaha ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga hidup ya kak, ada pertemuan ada perpisahan. hehehe
      terima kasih atas kebijakannya menyikapi cerita ini.

      Hapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama

Artikel Terbaru di Yuni Bint Saniro