Arti Sahabat - Dia yang Ingin Diet



Sahabatmu tidak akan perduli dengan keadaanmu. Dia akan menerimamu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu, meski kamu gendut dan enggan diet.


Wajah Naila terlihat lesu ketika Ara dan Laras masuk ke dalam kamar kosnya. Mereka melihat timbangan digital untuk berat badan sudah teronggok di samping tempat tidur. Bukan hal yang aneh. Seminggu sekali Naila memang rutin mengecek berat badannya sendiri.

Untuk memonitor berat badanku dong. Biar nggak over. Itu jawaban yang Naila berikan saat kedua sahabatnya bertanya mengenai kegiatan rutin mingguanny.

Jika dibandingkan dengan Ara dan Laras, Naila memang sedikit terlihat lebih gendut. Lemaknya tertimbun di seluruh bagian tubuh hingga membuat Naila terlihat bongsor. Belum lagi postur tubur yang tidak terlalu tinggi, menjadikannya lebih bulat dari kedua sahabatnya itu. Hal yang sudah cukup membuat Naila minder saat harus jalan bersama mereka.

“Kamu kenapa? Lesu amat,” kata Ara.

“Paling juga berat badannya nambah lagi,” sahut Laras yang membuat raut wajah Naila semakin sendu.

“Kalian mah mana ngerti penderitaan orang gendut,” keluh Naila.

“Makanya, banyakin gerak. Jangan ngendon doang di kosan!” sindir Ara.

“Kadang ‘kan aku malu jalan sama kalian yang kurus-kurus,” keluh Naila.

“Kita ‘kan nggak mempermasalahkan itu, Nai,” jawab Laras.

“Tapi tetap saja.”

Mereka bertiga memang selalu menjadwalkan untuk berkumpul bersama saat tidak ada kegiatan masing-masing. Apalagi saat ini, Ara masih tercatat sebagai pengangguran. Laras meski sudah menjadi ketua kelompok tani tetap saja tidak banyak aktivitas kecuali jika ada bantuan dari pemerintah untuk para kelompok tani binaannya. Sedangkan Naila, gadis gendut itu adalah guru salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Bangkalan yang selalu punya waktu luang di akhir pekan.

Baca juga Arti Sahabat : Si Pendiam dan Si Cerewet


Ketiga gadis itu memang unik. Mereka berbeda satu sama lain. Hal yang paling mencolok adalah perbedaan postur tubuh. Laras dengan tubuh mungil dan kurusnya, Ara dengan tubuh tinggi semampai yang ideal dan Naila dengan postur tubuh bongsornya. Namun, mereka tetap merasa nyaman bersama bahkan bersahabat sejak masa perkuliahan beberapa tahun silam. Hingga kini mereka sama-sama berusia di akhir 20 tahunan. Satu-satunya persamaan mereka adalah masih sendiri di usia menjelang tiga puluh.

“Aku mau diet,” cetus Naila tiba-tiba.

“Lagu lama, Nai,” ejek Ara.

“Kali ini aku serius,” tekad Naila.

“Paling tahan cuma sehari-dua hari aja,” Laras ikut-ikutan mengejek.

“Aku nggak akan menyerah kali ini.”

Saat itu, Ara hanya memberi masukan agar Naila lebih giat berolahraga. Dia tahu, sahabat gendutnya itu paling malas jika disuruh menggerakkan anggota tubuh. Sementara Laras menasehati Naila agar mengurangi asupan karbohidrat apalagi di malam hari. Menurut mereka, Naila tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya seperti yang sudah-sudah.

Yah, Naila sudah sering menyampaikan keinginan untuk diet. Namun pada kenyataannya, dia tidak pernah berhasil mengontrol nafsu makan, ngemil dan malas geraknya (mager). Sehingga keinginan diet itu akan berakhir sebatas keinginan saja.

==========

Hingga suatu ketika, Ara terkejut dengan kabar yang dia dengar. Naila harus dilarikan ke Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu karena nyeri dada dan muntah-muntah. Ternyata tanpa sepengetahuan Ara dan Laras, diam-diam Naila membeli obat pelangsing secara online. Dia sudah mengonsumsi obat itu selama beberapa hari sebelum akhirnya tubuh Naila menyerah. Beruntung pihak rumah sakit masih bisa menyelamatkannya. Tidak bisa dibayangkan jika Naila harus mengalami hal-hal yang tidak diinginkan pada saraf dan sekujur tubuhnya. Seperti pada berita keracunan obat pelangsing yang Ara baca di portal-portal berita online itu.

“Kamu nggak perlu ya beli obat-obatan untuk jadi gendut, Ras,” Ara mengingatkan Laras saat mereka menemani Naila di rumah sakit.

“Ih, yang pingin gendut siapa?” elak Laras.

“Kamulah. Masa aku.”

Laras ini ajaib sekali. Dia doyan makan banyak, tetapi badannya tidak pernah bisa mengembang. Dia tidak seperti Naila yang begitu mudah meningkatkan berat badannya meski tidak diharapkan.

Naila sudah sehat meski harus menginap di rumah sakit beberapa hari. Nafsu makannya sudah kembali seperti biasa. Persediaan cemilannya sudah kembali memenuhi lemari es. Intinya, Naila sudah kembali menjadi Naila yang gendut dan suka makan, nyemil juga mager.

“Jadi kenapa kemarin sempat nekat konsumsi obat pelangsing, Nai?” tanya Laras.

Jawaban Naila sungguh mencengangkan. Dia sedang menyukai seorang pria yang juga menjadi guru di sekolah tempatnya mengajar. Menurut Naila, pria itu sangat tampan dan sholeh. Dia selalu sholat di awal waktu. Pembawaannya juga dewasa dan mengayomi. Menurut Naila, pria itu adalah tipe pasangan yang ideal sekali.

Baca juga kisah Merindukan Pernikahan


Sayangnya, pria itu tidak menyukai wanita yang gendut. Dia lebih memilih wanita-wanita yang selalu menjaga keidealan bentuk tubuh dan penampilannya, seperti guru-guru muda lain yang memang lebih langsing. Sedangkan Naila hanya dianggap teman mengobrol yang asyik. Meski mereka lebih banyak menghabiskan waktu berdiskusi berdua di sekolah ketimbang dengan guru-guru lain. Bahkan Naila tidak segan membantu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pria itu jika dibutuhkan.

“Jadi, pas kamu ke Dinas Pendidikan Surabaya kemarin, sebenarnya itu tugas dia?” tanya Laras.

“Dia sedang nggak bisa pergi. Makanya minta tolong aku gantikan dia,” jawab Naila.

“Dan kamu mau-mau aja?” tanya Laran heran.

Ara hanya melongo mendengar penjelasan Naila. Virus merah jambu itu ternyata bisa lebih kejam. Itu bisa membuat halusinasi yang tidak wajar. Dan itu dialami oleh Naila. Hanya karena senyuman membuat dia nekat membentuk tubuhnya menjadi ideal seperti yang diinginkan oleh sang pria. Sekalipun itu dengan obat-obatan pelangsing yang tidak sesuai anjuran dari dokter. Hingga membuatnya hampir sampai di garis finish kehidupan.

“Lalu, kamu masih suka sama pak guru itu?” tanya Ara.

“Masihlah, Ra. Aku akan menemukan cara lain untuk langsing. Kalau perlu aku mau konsultasi ke ahli gizi.”

“Ahli gizi bisa naikin berat badan juga nggak?” tanya Laras polos.

“Kamu nyindir aku, Ras,” seru Naila tersinggung.

Memang masalah berat badan ini sangat sensitif bagi Naila. Dia akan mudah sekali tersinggung. Ara dan Laras sudah sangat memahaminya.

“Kalau cuma demi Pak Guru itu mending nggak usah deh, Nai. Kalau demi kesehatanmu ya segera saja kamu cari ahli gizi,” saran Ara.

“Memang kenapa kalau demi Pak Guru? Setidaknya biar Pak Guru noleh sedikit padaku.”

Saat ini dalam benak Naila sudah penuh dengan nama teman prianya. Tidak tersisa lagi tempat untuk nasihat kedua sahabatnya. Padahal saat Naila dirawat di rumah sakit tempo hari, pria yang sering dia ceritakan pada kedua sahabatnya itu tidak muncul sama sekali. Berpura-pura menanyakan kabarnya pun tidak. Meski para guru lain silih berganti datang menjenguk.

Dia mungkin sibuk, Ra.

Hanya itu kalimat yang diucapkan Naila yang Ara yakini hanya usaha untuk membuat hatinya lebih baik. Padahal kenyataannya, pria itu sama sekali tidak memandang Naila sebagai wanita yang menarik. Dia hanya ingin memanfaatkan kebaikan gadis itu yang tidak pernah menolak memberi bantuan pada sesama guru, terlebih dia yang selalu dia puja.

“Kami tidak pernah memalingkan muka darimu, Nai,” sahut Laras.

“Bedalah. Kalian ‘kan sahabatku. Nggak akan masalah buat kalian aku mau segendut apa juga.”

“Kamu baru sadar,” sindir Laras.

“Terserah deh ya. Yang penting, nggak ada ceritanya pakai obat yang bukan anjuran dokter,” tegas Ara.

Yah, karena sejatinya begitulah seorang sahabat. Dia tidak pernah mempermasalahkan mengenai kondisi fisik.

With Love

#chalengenulisblogjadibuku
#day2
Yuni Bint Saniro

Blogger wanita yang menyukai dunia menulis sejak SMA. Saat ini masih pemula. Tapi tidak masalah. Kelak ada masanya menjadi profesional. Semangat.

18 Komentar

Terima kasih atas kunjungannya, jika anda memiliki saran, kritik maupun pertanyaan silahkan tinggalkan komentar anda.

  1. Duh ngeri ya, karena obat pelangsing akhirnya harus nginep di rumah sakit, namanya cewek kadang berkorban segala cara demi penampilan hmmmh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Padahal 'kan seharusnya tidak seperti itu ya, Mbak. Hehehe

      Hapus
  2. Diet itu baiknya tetap memperhatikan asupan gizi. Btw, mbak Yuni kyknya gampang banget bikin cerpen/cerbung. Ceritanya bisa mengalir dan enak dibaca. Apa sih mbak kiat2nya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah dan terima kasih atas apresiasinya, Mbak. Yuni mah nulis sih nulis saja. Apa kata imajinasi dah. Tapi pas ikut pelatihan online, memang masih banyak yang harus diperbaiki, dipelajari dan terus dilatih lagi nulisnya. Hehehe

      Hapus
  3. Sahabat selalu mengeggam tangan kita erat ya Mbak...
    Sebenarnya enggak usah diet lah itu . Kadang memang ada yang bakat gemuk. Syukuri aja. Enggak semua laki-laki fokus ke fisik kok. Kalau badan langsing tapi otak ramping malah banyak dari mereka yang mundur teratur. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, betul sekali. Makanya sih, yuni mulai rajin baca-baca lagi. Biar nggak ramping otaknya. Hehehe

      Hapus
  4. Hihi ada aja Mbak Naila ini, diet sampai sakit supaya dilihat si bapak guru.
    Jangan sakit Mbak Nai, selalu semangat, ya. Kan punya dua sahabat yang baik hati dan pengertian, susah loh itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiya,,, terkadang cewek kan begitu ya kalau lagi suka sama cowok. Ribet banget urusan penampilan. Hehehehe

      Hapus
  5. Duh...gara² pak Guru tebar pesona, jadi deh smp Naila mengonsumsi obat pelangsing segala...
    Pdhal ada lhoo cowok yg suka cewe padat berisi. Hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu, jarang banget kakak cowok yang modelan begitu. Apa yuni yang nggak tahu ya? Hehehe

      Hapus
  6. Masih penasaran sama akhir ceritanya, apakah Nai berhasil menurunkan berat badannya, apakah si pria itu mulai melirik Nai dan seterusnya.
    Terusin dong ceritanya, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini teh cerpen, Mbak. Udah sampai disitu aja atuh. Hehehe

      Hapus
  7. Duh aku pernah punya temen yang sampai masuk rumah sakit karena obat pelangsing, dia diare berlebihan sampe dehidrasi. serem pokoknya
    Sahabat emang pasti ingin yang terbaik juga utk kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah inilah yang dikhawatirkan. Terkadang mereka cuma perduli sama obat pelangsingnya dan nggak perduli yang lain. Semisal diare gitu kan mestinya banyakin minum ya, biar nggak kekurangan cairan gitu. Hehehhe

      Hapus
  8. Senangnya jika sahabat kita perhatian, ya. Termasuk tentang urusan kesehatan. Intinya itu adalah sehat, Nai :) Obesitas memang sebuah PR yg seharusnya diatasi tapi bukan dengan jalan pintas ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Padahal kan ada jalan lain yang lebih baik selain dengan obat pelangsing. Olahraga misalnya. Terus atur pola makan juga. Hehehe

      Hapus
  9. Suka serem kalau mau kurus sampe harus minum obat diet. Apa lagi obat diet yang sampai detok buang-buang air terus, serem banget takut kekurangan cairan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. mending mah pake cara lain saja. meski nggak instan tapi yang penting sehat. olahraga dan jaga pola makan gitu kan. hehehehe

      Hapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama

Artikel Terbaru di Yuni Bint Saniro