[Cerbung] Dia Kakak Kelasku : Akhir Kisah Ini

Akhir Kisah Ini - Sumber pict : https://www.idntimes.com/life/relationship/amp/nathan-adiel/7-cara-pegangan-tangan-ini-ungkap-makna-cinta-dari-hubungan-kamu-c1c2

[Cerbung] Dia Kakak Kelasku : Akhir Kisah Ini - Kembali ke pesta perpisahan sekolahku. Kini dia di hadapanku. Di pesta perpisahan untuk angkatannya. Lebih tepatnya di hadapan banyak siswa – siswi sekolah ini. Berdiri salah tingkah dengan microphone dan gitar di tangannya. Setelah persembahannya tadi, dia memang mengungkapkan apa yang dia rasakan terhadapku.


Dan ungkapan perasaannya itu benar – benar membuatku bungkam. Tidak bisa berkata – kata. Bahkan aku hanya bisa menatapnya bergantian dengan bunga yang dipegang Kak Nanda. Apa yang harus ku lakukan selanjutnya? Rasanya aku lebih gugup dari siapa pun. Aku tidak pernah menjadi pusat perhatian seperti sekarang ini.

Dia adalah cowok yang sama dengan yang memerintahku mencari dirinya sendiri saat pertama kali aku masuk sekolah ini. Orang yang sama dengan yang selalu ada kala aku tenggelam di lautan buku – buku perpustakaan. Pun cowok yang selalu memastikan aku mendapatkan angkot saat pulang sekolah. Dan dialah yang selama ini selalu sigap mengantarku pulang ketika aku harus pulang sore dan sudah pasti tidak menemukan tumpangan lagi. Cowok itulah yang sedang berdiri di panggung disorot banyak pasang mata saat ini.

“Jangan lama – lama mikirnya, Rin!” bisik Eka. “Kasihan Kak Gama, doi pasti grogi di panggung sana,” lanjutnya sambil terus berbisik padaku.

Sebenarnya tidak benar – benar berbisik. Kak Nanda pasti juga mendengarnya. Senyum manisnya yang semakin lebar sebagai bukti. Dia pasti geli mendengar bisikan Eka.

Pertanyaannya adalah apakah aku pantas bersamanya? Aku bukan siapa – siapa? Sekolah di sini juga karena beasiswa yang harus ku pertahankan hingga aku lulus. Sedangkan, dia adalah pentolan sekolah ini. Meski sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua kelas tentu saja. Dia sudah menyerahkan jabatan itu pada teman seangkatanku.

Waktu seakan berjalan lambat sekali. Aku bingung harus menerima bunga itu atau tidak. Pandangannya terus tertuju padaku. Pandangan penuh harapan. Siapa yang tidak berharap? Selama ini aku diantar pulang olehnya tanpa protes. Meski di sekolah kami tidak akan saling bertegur sapa jika tidak benar – benar ada kepentingan.

Ah, aku semakin bingung. Apakah aku tega membuatnya malu dengan menolak bunga ini? Tapi apakah aku yakin mau berpacaran dengannya yang sebentar lagi akan berpisah jarak denganku?

Jangan memikirkan apa pun, Rinka. Lakukan saja apa yang ada dalam hatimu! Ayo kita lakukan apa yang kita inginkan!

Aku pun tersenyum padanya sebelum mengalihkan pandanganku pada Kak Nanda. Tanganku bergerak mengambil bunga yang ada di pegangan Kak Nanda. Sontak saja suara gemuruh tepuk tangan dari teman – teman terdengar. Juga suara cuitan dan ciyeh – ciyeh menggoda kami. Aku tak mau perduli. Satu hal yang pasti, kini kami memiliki hubungan itu.

***

“Ciyeh, yang udah punya pacar. Bunganya nggak bakal layu kok meski kamu taruh di tas, Rin,” Eka menggodaku untuk kesekian kalinya.

Setelah tadi, aku mengambil bunga yang Kak Nanda sodorkan padaku membuatku teringat raut wajahnya yang. Pipiku memerah. Ditambah godaan yang Eka lontarkan untukku membuatku semakin malu.


“Apa sih, Ka?”

“Kirain kamu bakal kabur kayak biasanya, Rin,” sindir Eka.

“Kapan aku kabur?”

“Dih, nggak ngaku. Nih ku bilangin ya, biasa kalau ada Kak Gama, kamu tu bakal balik kanan dan memilih jalan lain. Kamu seolah lari terbirit-birit kayak dia itu virus covid, padahal selama ini dia nggak pernah tu kelihatan mau deketin kamu,” omel Eka panjang lebar.

Aku tersenyum geli. Eka tidak tahu saja, bagaimana dia mengantarkanku pulang saat aku selesai dengan urusan OSIS sore hari. Andai dia tahu, dia tidak akan mengatakan itu.

Ah, sebentar lagi aku berpacaran dengan anak kuliahan. Dia bukan lagi anak SMA. Dan kami tidak lagi sembunyi – sembunyi jika ingin bersama. Tapi sayangnya, kami juga harus LDR. Dia tidak lagi sekolah di sini. Meski aku tidak tahu dia akan melanjutkan kuliahnya dimana.

“Selama ini, dia yang nganterin aku pulang kalau kesorean, Ka,” ungkapku.

Eka mendengus. Tapi dia tidak terlihat terkejut atau apalah namanya saat mendengar hal yang selama ini ku sembunyikan. Mungkin dia marah karena aku tidak sepenuhnya terbuka. Hey, bukankah kita selalu punya sesuatu yang ingin kita simpan sendiri.

“Kalau itu aku udah tahu. Udah lama aku liat kamu dibonceng dia,” katanya.

Dan ini yang mengejutkanku.

“Kamu nggak mikir kalau aku nggak tahu ‘kan selama ini, Rin?” Tanya Eka sembari menatapku tajam.

Ku pikir memang tidak ada yang tahu. Tapi siapa yang menyangka kalau Eka sudah tahu. Dia pasti ingin memberiku ruang sendiri. Ruang yang hanya ku nikmati tanpa siapa pun ada di dalamnya. Ah Eka, dia benar – benar sahabat yang paling mengerti aku. Rasanya aku ingin memeluknya erat.

***

Kak Gama mengantarku pulang seperti biasanya. Membiarkan Eka pulang dengan Angkot seorang diri. Kali ini tidak harus menunggu apakah aku mendapatkan angkot apa tidak. Toh semua sudah tahu kalau aku pacarnya. Jadi, tidak perlu lagi sembunyi – sembunyi.


“Kalau kayak begini ‘kan enak, Rin. Aku jadi nggak perlu nunggu kamu kehabisan Angkot dulu baru bisa nganterin kamu pulang,” kata Kak Gama begitu kami sudah sampai di depan rumahku.

Kali ini dia berhenti sejenak, tapi tetap tidak masuk ke rumah. Aku tidak menawarkan padanya. Kedua orang tuaku masih di sawah. Tidak ada siapa pun di rumah.

“Ya kan kemarin – kemarin saya masih nggak mau jadi bahan ejekan teman – teman, Kak,” aku membela diri.

Siapa yang tahan diejek seantero sekolah. Dia kadang tidak berpikir kalau dia adalah orang paling terkenal seantero sekolah. Siapa pun yang ada sangkut – paut dengannya pasti mendadak terkenal. Enak sih kalau ceweknya normal. Punya segalanya. Tidak perlu mengkhawatirkan ini dan itu. Nah ini, aku yang jadi ceweknya.

Dih, Kak Gama kok mau ya sama Marinka. Dia kan biasa banget. Cantik juga nggak.

Pasti akan banyak cibiran – cibiran yang seperti itu. Aku pasti tidak akan tahan mendengarnya.

“Memangnya kalau sekarang nggak bakal diejek?” tanya Kak Gama.

“Yah, seenggaknya kan Kak Gama nggak sekolah di sana lagi. Teman – teman juga akan punya idola lain. Lebih amanlah,” jawabku.

“Kamu aneh,” cibir Kak Gama.

“Tapi tetap suka ‘kan?” godaku sembari mengedipkan mata centil.

“Sayangnya iya,” jawabnya. Tangannya bergerak mengusap puncak kepalaku.

Dan seperti inilah akhir kisah ini. Meski nanti kami akan berpacaran jarak jauh, bukan masalah besar bagiku. Yah, hitung – hitung sambil menjaga diri juga sih. Kalau selalu dekat, bisa jadi ada kejadian yang diinginkan terjadi.

Kejadian apa?

Apa saja yang diinginkan oleh dua insan yang saling suka bila selalu bersama. Hehe.. aku tahu sih, saat ini bukan benar – benar akhir. Sebaliknya, ini hanya awal hubungan kami. Bukan tidak mungkin ada masalah – masalah yang mengintai ke depan. Apalagi jarak yang memisahkan. Tapi, aku berharap kami bisa melalui semua masalah itu. Dan kami juga mampu menyikapi setiap prahara dengan dewasa. Sampai nanti takdir menentukan pilihannya sendiri. Apakah kami akan bersama selamanya atau tidak.

[End]

With Love
Yuni Bint Saniro

Blogger wanita yang menyukai dunia menulis sejak SMA. Saat ini masih pemula. Tapi tidak masalah. Kelak ada masanya menjadi profesional. Semangat.

11 Komentar

Terima kasih atas kunjungannya, jika anda memiliki saran, kritik maupun pertanyaan silahkan tinggalkan komentar anda.

  1. Wah akhirnya Marinka dan kak Gama bersama juga ya. Ini beneran abis mbak ceritanya ? apa akan ada jilid 2 hehehe, seru nih dan ikut bahagia karena happy ending

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beneran habis, Mbak Yas. Ntar kalau ada yuni update lagi ding. Eh. Hehhe

      Hapus
  2. waduh baru jadian langsung LDR-an..kuat ga tuh Semoga aja ya..

    Kisahnya manis bangets. Selalu suka fiksinya Mbak Yuni, enak dibacanya,ngalir aja kayak beneran aja.
    Ditunggu karya selanjutnya yaa

    BalasHapus
  3. Icikiwir akhirnya happy ending hihi. Seneng bener bacanya kalo happy ending gini ��

    BalasHapus
  4. Wah akhirnya hepi ending yaa... lega rasanya pembaca hehehe.. nice story mba Yuni..

    BalasHapus
  5. Eaaaa, didoakan semoga bisa bersatu selamanya deh. Halalkan yaaa

    BalasHapus
  6. Ada aja ya kisah masa muda, aka remaja, hehehe. Jadi ingat pengalaman pribadi, dulu sempat sir-siran sama kakak kelas. Buahaha. Ya namanya cinta monyet. Lha sekarang orangnya nikah sama temen suamiku. Jadi kalau ketemu suka ngakak sendiri. Cuma ya biasa aja sih. Lha wong ya nggak ada kenangan yang gimana gitu. Cuma suka ngakaka aja kalau ketemu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngakak kan karena inget kenangan lucu, Mbak Damar. Hiya... Hehehe

      Hapus
  7. Happy ending! Congrats ya Gama dan Rinka. Nungguin cerita lainnya nih 😁

    BalasHapus
  8. Aih ternyata udah ending. Happy ending sih akhirnya. Tapi bener kata rinka, sesungguhnya ini bukan ending tapi awal dari segalanya ... Selamat menempuh hidup baru rinka #eh...

    BalasHapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama

Artikel Terbaru di Yuni Bint Saniro