Merindukan Pernikahan - Lima Belas


Cerita Sebelumnya - Merindukan Pernikahan - Part Empat Belas

Abigail POV

Aku tahu semua hari itu baik. Tak terkecuali hari Senin. Di awal minggu. Setelah akhir pekan menghabiskan waktu untuk liburan. Merefresh otak yang sudah jenuh. Hingga meminta Naila berlibur ke Semarang.

Maka seharusnya hari ini menjadi hari yang baru. Meski setiap harinya, aku akan selalu melalui hari baru, semangat baru. Tapi nyatanya, hari senin selalu membuatku tidak nyaman. Pekerjaan yang menumpuk selalu membuat Mas Rayyan menjadi sosok yang menyebalkan. Arogan dan kejam.

"Apa maksudnya ini, Abs?", tanya Mas Rayyan sedikit membentak.

Aku yakin dia sedang menahan amarahnya. Tentu dia tidak akan tega memakiku 'kan? Setidaknya status menjadi calon tunangannya kali ini berguna.

Bagaimana dia tidak marah? Team kebun memaksa membeli pertalite untuk kebutuhan stok. Sementara sudah ada peraturan pembelian, bahwa tidak ada barang yang dibeli secara lokal untuk kebutuhan stok. Kami akan menyediakan dengan pembelian dari pusat jika itu untuk stok. Team kebun hanya tinggal mengajukan saja.

"Mereka bilang urgent, Mas. Lagipula sudah terlanjur dibeli," kilahku.

"Tidak bisa seenaknya begini dong, Abs. Apa mereka tidak meminta konfirmasi darimu?," omelnya lagi.

"Tidak, Mas," jawabku pelan.

Kemana perginya Abigail yang kemarin? Yang tidak mau terintimidasi oleh sikap Mas Rayyan. Yang bisa leluasa berbicara dengan ketus pada salah satu kaum adam didepannya.

Benar. Sosok itu bersembunyi entah dimana. Di kantor, apalagi ini di ruangan manager yang kebetulan adalah calon tunanganku, tentu saja abigail yang itu tidak berani muncul. Yang tersisa hanya Abigail yang selalu menunduk menatap notenya.

Aku bukannya takut menghadapi kemarahan Mas Rayyan. Aku hanya tidak tega jika team kebun harus mengganti biaya pembelian ini dengan uang mereka sendiri. Meski sangat wajar jika mereka mendapat pinalti tersebut. Mereka sudah menyalahi aturan.

"Lagipula, ini sudah terlanjur dibeli, Mas. Pakai kas kecil." lanjutku.

"Bukan begini penggunaan kas kecil. KTU kebun ini bodoh atau bagaimana? Kamu keluar, Abs!" perintahnya.

"Tapi, ini..," kataku yang langsung dia potong.

"Tinggalkan di situ!," perintahnya lagi. Tegas tak terbantahkan.

Bergegas aku keluar dari ruangan yang entah kenapa semakin terasa menusuk tulang. Meninggalkan nota-nota pembelian pertalite yang tadi baru sampai bersama dengan berkas pengajuan kembali kas kecil kebun. Sepertinya akan sulit mendapat persetujuan untuk nota-nota itu.

Masa bodoh, itu kesalahan mereka. Aku sudah berkali-kali mengingatkan untuk memperhitungkan kebutuhan BBM kebun dengan cermat. Tapi berkali-kali juga mereka membangkang. Melakukan pembelian dalam jumlah besar dengan dana kas kebun. Padahal dana itu juga tidak seberapa besar nominalnya.

"Bi, nota-nota pertalite disetujui nggak sama Mas Ray?", tanya Mbak Desi, staff finance.

Aku menggeleng lemah.

"Mana mau Mas Ray setuju dengan mudah, Mbak Des. Itu kan pembelian dalam jumlah banyak. Sesekali biarin aja Pak KTU nombok. Biar tahu rasa", omel Mery.

Kubikel kami hanya diberi sekat kaca pendek. Jadi kami bisa leluasa mendengar dan berbincang. Meski kami tidak akan berbincang hal di luar urusan pekerjaan seenaknya.

"Mas Ray marah ya, Bi?", tanya Mery berbisik.

"Banget, Mer", jawabku juga sambil berbisik.

"Sabar. Bos mah emang gitu," kata Mery menenangkan.

Yah, dimana-mana bos selalu begitu. Salah sedikit mengomel. Apalagi ini sudah berkali-kali kesalahan yang sama. Tidak bisa dibantah. Karena bos selalu benar. Tapi jangan lupa, bos juga manusia. Yang pasti ada saja salahnya.

Mau tahu apa salahnya bos yang kebetulan punya status sebagai calon tunanganku itu? Masih menganggap mantan yang ingin kembali padanya sebagai teman. Mengingat betapa genitnya emak-emak itu pada Mas Rayyan, sukses membuatku geram.

==========

Waktunya makan siang. Dan seperti biasa kami selalu punya jatah katering dari kantor. Kadang sesuai selera, lebih sering tidaknya. Kebiasaan kalau pas tidak sesuai selera begini aku, Mery dan Mbak Desi akan pesan go food.

"Apa katering hari ini, Abs?", tanya Mas Rayyan.

Tumben bos satu ini keluar ruangan ketika jam istirahat. Biasa juga aku yang selalu mengantar jatah kateringnya ke ruangan kalau dia tidak memilih makan siang di luar.

"Itu, Mas. Mangut," jawabku lesu.

Kadang aku heran sama pihak kateringnya. Sudah sering kami tidak memakan mangut yang mereka masak, tapi tetap saja mereka menjadwalkan mangut untuk menu katering mereka.

"Karena yang nggak suka mangut cuma divisi kita, mbak. Divisi lain mah doyan," begitu asumsi Mery dahulu saat pertama kali kami menerima menu mangut.

Kalau kalian yang tidak mengenal ikan mangut, akan aku jelaskan. Mangut itu, ikan yang diawetkan dengan cara diasap. Bagi mereka yang suka tentu sangat menikmati ikan ini. Tapi, kalau aku, tentu saja lebih memilih ikan yang lebih segar.

"Kenapa lesu begitu? Nggak suka?", tanya Mas Rayyan.

Aku hanya menggeleng.

"Mbak Abi nggak suka mangut, mas. Ini kami mau pesan di luar", jawab Mery menambahkan.

"Kalau begitu, kita makan ke depan aja deh. Di Bandeng Juwana. Lantai dua kayaknya resto itu", ajak Mas Rayyan.

Gila calon tunangan gue. Orang bisa pada curiga kalau begini. Tapi biarlah. Biar nggak ada yang bilang dia mau balikan sama mantan istrinya lagi, pikirku.

"Eh, kok cuma mbak Abi yang diajak. Saya sama mbak desi, mas", protes Mery.

Aku cekikikan karenanya.

"Ya, ayo. Sama kalian juga", ajak Mas Rayyan.

Begitulah. Siang itu kami berakhir di resto bandeng juwana. Meski namanya restorannya bandeng, tapi masakan yang ditawarkan disini bukan hanya olahan bandeng saja lho. Masakan olahan lain juga tersedia. Soto, nasi goreng, lalapan ayam dan masih banyak lagi yang lainnya.

"Jadi, ini traktiran Mas Ray yang mau nikah lagi ya?," tanya Mery.

"Hmm," jawab Mas Rayyan singkat.

Melihat dia bersama tiga orang gadis begini jadi kasihan juga. Pasti tidak nyaman. Dia cuma menatap makanannya.

"Tu kan mbak bi, aku bilang juga apa? Mas Ray pasti mau nikah lagi sama mantan istrinya," kata Mery.

Perkataan itu sukses membuat Mas Rayyan tersedak. Buru-buru aku menyodorkan air minum kepadanya.

"Pelan-pelan kali makannya, Mas", ujar Mery tanpa merasa bersalah.

"Jadi, benar Mas Ray mau nikah lagi sama mantan istrinya?", tanya Mbak Desi.

Mas Rayyan menatapku dan aku mengalihkan pandanganku darinya.

"Kalian dapat gosip itu darimana sebenarnya?", tanya Mas Rayyan santai sambil melanjutkan makannya.

Benar. Dia pasti tidak ingin kehidupan pribadinya diusik dua gadis dihadapannya. Meski kedua gadis ini teman dekatku di kantor sekalipun.

"Jadi, kalau bukan dengan mantan istri, Mas Ray mau nikah sama siapa dong? Mas Ray kan nggak pernah pacaran, " kata Mery penasaran.

Mery adalah salah satu teman dekatku di kantor. Jika ada sesuatu yang mengusiknya, dia tidak akan pernah berhenti mencari tahu sampai dia mendapatkan informasinya. Sekali-dua kali aku akan menghentikannya. Dan itu berhasil. Namun terkadang, aku tidak bisa menghentikan rasa penasarannya itu.

Lalu tiba-tiba, semuanya di luar kendali. Ada seseorang yang datang menghampiri kami. Seseorang dengan make up natural dan mini dress motif bunga. Terlihat lebih fresh dari terakhir kami bertemu. Mungkin karena tidak ada balita dalam gendongannya. Juga dandanannya yang tidak menor. Tipis tapi cukup membuatnya terlihat sangat cantik.

Pantas saja dia belum bisa move on. Cantik begini mantannya, pikirku.

Dan aku tiba-tiba merasa minder. Penampilanku selalu sederhana dengan gamis dan hijab yang meski belum terlalu lebar tapi cukup menutup bagian dada. Aku selalu merasa cukup dengan bedak bayi dan polesan lipstik pink tipis.

"Hay Ray, maaf ya, lama nungguin. Alif susah ditinggal tadi," sapa Ayu dan langsung duduk di hadapan kami.

Apa katanya? Jadi, dia mengajak mantan istrinya makan siang disini. Aku menatap tajam Mas Rayyan yang kelihatan gelagapan. Dia seperti pencuri yang sudah ketahuan.

"Mbak siapa?" tanya Mbak Desi.

"Oh saya Ayu, mantan istri Rayyan. Kalian staffnya lelaki angkuh ini ya?", tanya mbak Ayu dengan senyum tipis seolah mengejekku.

"Ciyeh, jadi bener dugaanku kan. Mas Ray pake malu-malu segala," goda Mery.

"Dugaan apa Ray?", tanya mbak Ayu pura-pura tidak tahu.

Aku tidak tahan berada di sekitar dua orang ini lebih lama lagi. Baiklah, Mas Ray, silahkan nikmati waktumu bersama Ayu.

"Aku sudah selesai. Aku balik duluan ya," pamitku.

Meski makananku baru ku nikmati setengahnya, aku mendadak kenyang.

"Makananmu belum habis, Abs," ujar Mas Rayyan tajam.

"Tapi aku sudah kenyang, Mas", jawabku tegas.

Aku tahu, suasananya menjadi tidak nyaman. Salahkan saja dia yang mengajak mantan istrinya kemari.

"Kalian silahkan lanjutkan makannya. Dan kamu, Yu. Makan apapun yang kamu mau. Akan ku bayar," perintahnya tegas. "Ayo!", ajak Mas Rayyan padaku.

Gila. Mau apa Mas Rayyan malah ikutan pergi? Bukannya nongkrong asyik sama mantan istri, rutukku. Meski aku tahu, dia bukan type lelaki yang akan mengkhianati pasangannya. Tapi tetap saja.

Aku kesal sekali rasanya. Kalau begini sih, tidak ada cerita masa lalu dalam kamus mereka. Lagian emak-emak ganjen itu, kepedean sekali. Dia pikir Mas Rayyan masih cinta mati sama dia. Dia mungkin amnesia kalau dia sendiri yang sudah meninggalkan Mas Rayyan. Giliran si Mas sudah enak kerjanya sekarang, malah nyosor minta kembali. Apaan.

Kenapa dia tidak fokus saja merawat anak dengan suaminya? Malah minggat ke sini.

-To Be Continue-

With Love


Yuni Bint Saniro Wattpad
Yuni Bint Saniro

Blogger wanita yang menyukai dunia menulis sejak SMA. Saat ini masih pemula. Tapi tidak masalah. Kelak ada masanya menjadi profesional. Semangat.

20 Komentar

Terima kasih atas kunjungannya, jika anda memiliki saran, kritik maupun pertanyaan silahkan tinggalkan komentar anda.

  1. Abs cemburu yaaa? Tenang, aku rasa mas Ray tak akan tergoda kok. Btw, temennya Abs iseng bgt yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siapa yang nggak cemburu coba, kak dwi. itu si mantan nggak sadari diri kan.

      Hapus
  2. Jadi baper bacanya,gemes sama Rayyan. Cool n smart. Kayaknya cinta mati deh sama Abs. Buktinya si Ayu di cuekin hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uhuk,,,uhuk,,, hahaha,,, tunggu kisah selanjutnya ya kak.

      Hapus
  3. Hihihi ikutan kesel kaya Abigail. Nah, terus bagaimana tuh Mas Rayyan menjelaskannya ke Abs. Aku tunggu next episodenya, Mbak

    BalasHapus
  4. Aku gemaash, ini fiksi apa nyata sih mbak hahha. Soalnya emang kejadian sama temenku gini, mantan istri ngintilin pacarnya minta balikan padahal dia yang dulu ninggalin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe,, Ini fiksi dong, Kakak. Tapi kalau ada kejadian yang sama persis sih itu hanya unsur ketidaksengajaan.

      Hapus
  5. Ceritanya bikin baper... Serius deh, hihihi. Fix, mbak Yuni buat Dewi penasaran kelanjutannya kayak gimana😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelanjutannya sudah dishare ya kak dewi. Monggo dikunjungi. Hehehehe

      Hapus
  6. Karakter abigail ini, bukun orang indonesia asli kah? maksudnya punya keturunan campuran. namanya kaya bukan yang indonesia gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga fiksi. Dunia nyata mah belum tentu ada yang begitu ya kan. Hehehehe

      Hapus
  7. Wah aku keasikan baca pas sampe bawah eh TBC.. huhuhu. Buruan mana part 16 nya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe,, sudah diposting kakak bety. Silahkan dibaca,,

      Hapus
  8. Aku kok ikutan cemburu dan kesel kayak Abs yaa hihihi disegerakan episode selanjutnya yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga tidak membosankan ketika membacanya ya kak. Jika ada kritik dan saran, boleh lho disampaikan. Hehehe

      Hapus
  9. Wuih seru kisahnya... Si mantan pake datang segala lagi!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantan mah selalu silau melihat keberhasilan orang yang pernah dekat dengannya. Benar kan? HEhehe

      Hapus
  10. Masih menanti sambungannya, mba. Request konfliknya yang lebih rumit mba, hihihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih belajar kakak, bisanya mah cuma buat konflik yang sederhana saja yuni mah. Hehehe

      Hapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama

Artikel Terbaru di Yuni Bint Saniro