Kadang ada banyak cara orang menambah daftar list mimpinya. Terlebih untuk urusan berkunjung ke suatu tempat. Bisa dari menonton serial drama, mendengar sesuatu yang tengah viral atau membaca novel.
Misalnya saja Cappadocia yang menjadi daftar favorit destinasi wisata banyak orang saat ini. Pasti karena menonton serial drama "Layangan Putus" lalu menjadi viral.
Demikian juga halnya denganku yang bisa menambah daftar list tempat yang ingin kukunjungi melalui kegiatan membaca. Yah, tepatnya membaca novel berjudul “Senandung Cinta di Lembah Papua”.
Kota yang menjadi latar belakang dari kisah romansa dalam novel tersebut benar-benar membuatku merasa tertarik untuk mengunjunginya. Kota Mulia namanya. Berada di Kabupaten Puncak Jaya, Papua.
Saat membacanya, aku begitu terkesan dengan jalan hidup yang Hasnah Nabila pilih. Bagaimana nggak begitu?
Dia adalah gadis yang tumbuh besar di daerah perkotaan. Kota Solo, tepatnya. Tapi, dia setuju saja saat guru mengajinya mengatur perjodohan dengan salah satu pemuda muallaf di pedalaman Papua. Hanya karena merasa tertarik dengan cerita pengalaman dakwah dari suami guru mengajinya tersebut.
Kalau aku jelas akan memikirkannya ribuan kali. Terlebih, Hasnah belum pernah bertemu dengan sosok calon suaminya itu. Bahkan sahabatnya mengatakan bahwa dia seperti membeli kucing dalam karung saja.
Namun, Hasnah nggak perduli. Dia tetap berangkat untuk menikahi pemuda itu. Meski ayahnya menentang dan enggan menjadi walinya.
Jatuh Cinta Pada Kota Mulia
Sama dengan Hasnah, aku pun merasa telah jatuh cinta pada Kota Mulia hanya lewat untaian kata pada novel tersebut. Meskipun kota itu nggak seterkenal Cappadocia yang menjadi mimpi Kinan di Serial Drama Layangan Putus. Tapi, aku tahu kota ini memiliki pesonanya sendiri.
Kalau dipikir-pikir, Kota Mulia hanyalah salah satu distrik yang juga merupakan pusat pemerintahan atau ibu kota dari Kabupaten Puncak Jaya, di provinsi Papua, Indonesia. Kabarnya, kota ini adalah kota terdingin dengan suhu siang hari sekitar 15℃ dan malam hari mencapai 9℃.
Makanya, Hasnah nggak berani mandi meski baru tiba di sana saat hari menjelang sore. Dinginnya pasti membuat badan kita menggigil. Namanya juga pendatang yang belum terbiasa dengan situasi dan kondisi di sana ya.
Wajar jika dia hanya berpuas diri dengan mencuci wajahnya. Meskipun dia harus mengikuti acara pertemuan keluarga sebelum akad pernikahan mereka yang akan dilaksanakan keesokan harinya.
Kalau aku jadi Hasnah. Mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama dengannya. Cuci muka doang lalu berdandan secantik mungkin demi bertemu sang calon suami.
Intinya, meskipun belum mandi seharian karena perjalanan, kita nggak boleh terlihat lusuh. Harus tetap mempesona agar calon suami terpana. Ihiir….
Sekilas Pandang Tentang Senandung Cinta di Lembah Papua
Aku menemukan novel ini saat berselancar di ipusnas. Demi menyelesaikan target membaca satu buku dalam satu bulan, aku memutuskan untuk meminjamnya. Kupikir novel ini akan cocok dibaca sebagai bacaan ringan awal tahun.
Ada beberapa alasanku meminjam buku ini, sebagai berikut:
- Aku yakin settingnya adalah salah satu tempat di Papua. Pulau tempat ayahku merantau saat ini. Beliau bekerja sebagai tukang ojek. Bukan ojek online karena di sana belum terjangkau dengan kemajuan teknologi ini. Tapi lebih ke tukang ojek pengkolan.
- Saat membaca sinopsisnya, kupikir ini adalah novel religi. Dengan tokoh utamanya, Hasnah Nabila, yang ingin menekuni jalan dakwahnya ke pulau Papua.
- Aku yakin akan ada cerita seputar budaya Papua yang tertuang di sini. Tentu mempelajari budaya dari novel akan lebih menyenangkan. Penulisnya pasti melakukan riset habis-habisan terkait informasi budaya ini.
- Bentang alam Papua yang eksotis tentu saja. Menurutku, nggak mungkin novel yang settingnya mengambil tempat di Papua lantas nggak menggambarkan tentang tempat itu.
Benar saja, Gengs. Sejak awal cerita, Pudjia Ahmad, sang penulis sudah mengajak kita menikmati keindahan tanah Papua saat menggambarkan bagaimana perjalanan Hasnah menuju jenjang pernikahan.
Kita seolah dibawa ikut menyaksikan bentang alam Jayapura melalui ketinggian dari atas pesawat bersama Hasnah dan kakaknya. Benar-benar menakjubkan sekali.
Terlepas dari alur ceritanya yang dibuat seolah maju-mundur, novel terbitan Elex Media Komputindo tahun 2014 ini berhasil membuat pembaca membayangkan bagaimana situasi dan kondisi yang ada dalam cerita. Seenggaknya itulah yang kurasakan.
Bagaimana keresahan Hasnah yang harus menikah tanpa persetujuan ayahnya. Karena usut punya usut, Sang Ayah telah memiliki calon lain untuknya. Maka Hasnah harus puas dengan kakak kandungnya sebagai wali.
Pun bagaimana ketegangan gadis itu saat pesawat yang hendak membawanya ke Jayapura harus mengalami delay berjam-jam. Sehingga memaksanya menerima kompensasi dari pihak maskapai untuk menginap di hotel bintang 5.
Dan keteguhan hati pada pilihan hidupnya berhasil membawanya sampai pada Kota Mulia. Kota terdingin yang berada di Kabupaten Puncak Jaya.
Seolah belum cukup dengan semua perkara sebelum pernikahan, Hasnah masih harus menghadapi banyak masalah selama pernikahannya. Mulai dari perang antar suku, pesawat pengangkut bahan-bahan kebutuhan hidup yang nggak bisa masuk masuk ke bandara Mulia karena cuaca buruk, masa lalu suaminya sampai dengan hati yang mulai berpaling.
Semua cerita ini berhasi mengaduk-aduk perasaanku yang memang terasa rapuh, Gengs. Selain itu, perjalanan pernikahan Hasnah dan Malik mengenalkanku pada beberapa adat dan budaya yang ada di sana. Membuatku jatuh cinta dan mulai merajut mimpi untuk mengunjungi.
Kota Mulia. It’s my dream. Not her. Karena mimpi Kinan adalah mengunjungi Cappadocia bersama suaminya, Gengs. Sayang, si Mas Aris malah lebih dulu mengajak kekasih gelapnya. Hehehe….
Mengenal Tradisi di Kota Mulia Bersama Hasnah Nabila
Ada beberapa tradisi dan budaya dari Papua khususnya Kota Mulia yang tersebut dalam novel ini. Semuanya terangkai dalam satu rangkaian cerita yang epic. Keberadaan budaya-budaya ini seolah melengkapi cerita. Mengalir seperti air dan bukan sesuatu yang dipaksakan.
Ini menjadi pemanis dalam cerita rumah tangga Hasnah dan Malik. Bukankah kita sudah sama-sama mengetahui bahwa kehidupan pernikahan bukan hanya tentang indahnya cinta. Tapi, bagaimana suami dan istri berjuang agar bahteranya tetap berlayar sampai akhir.
Nggak perduli seberapa ganas terpaan ombak yang datang silih berganti. Mereka akan tetap mengarungi samudera pernikahan hingga akhirnya hidup bersama dalam kehidupan yang kekal abadi.
Mungkin akan ada penumpang lain yang ingin sama-sama menguasai kapal. Tinggal apakah nahkodanya menyetujui dan sang muallim memperbolehkan.
Nah, begitu pula kehidupan rumah tangga Hasnah dan Malik. Mereka melalui manis dan pahitnya kehidupan rumah tangga.
Semua itu berpadu dalam kelindan keindahan bentang alam, adat dan budaya yang ikut memeriahkan jalan cerita. Membuatku semakin penasaran, bagaimana potret sebenarnya kekayaaan bumi Papua ini.
Honai, Rumah Adat Papua
Pertama-tama, kita akan mengenal Honai. Rumah adat yang gambarnya berada pada sampul novel “Senandung Cinta di Lembah Papua”. Kabarnya suku Dani masih tinggal di rumah adat ini.
Honai memiliki keistimewaannya sendiri, yaitu:
- Arsitekturnya sederhana berbentuk mirip jamur dengan atap jerami atau ilalang.
- Rumah Honai laki-laki terpisah dengan milik perempuan (namanya Ebe’ai). Meski mereka adalah suami istri, mereka nggak bisa tinggal di Honai yang sama.
- Perempuan, khususnya suku Dani, nggak boleh memasuki Honai. Meski milik suaminya sendiri. Kalau pun ingin melakukan hubungan suami istri, mereka hanya boleh melakukannya di Ebe’ai saat nggak ada siapapun di sana.
- Honai nggak hanya untuk tempat tinggal saja. Para warga bisa menjadikannya tempat berkumpul untuk berdiskusi, kandang binatang peliharaan, tempat penyimpanan bahan makanan atau pengasapan mumi.
Apakah Hasnah Nabila sempat melihat rumah adat Honai? Tentu saja pernah. Suaminya ‘kan digambarkan sebagai anak dari ketua suku Dani dan kemudian menjadi penerus kepemimpinan.
Tapi, mereka nggak tinggal di Honai. Mereka tinggal di rumah yang lebih modern dan luas. Karena ternyata, suami Hasnah adalah seorang yang kaya raya. Mereka hanya menggunakan Honai sebagai tempat penyimpanan makanan kala ada situasi pelik melanda Kota Mulia.
Meski begitu, aku tetap penasaran untuk bisa melihat bahkan masuk ke Honai atau Ebe’ai secara langsung lho. Apalagi melihat betapa istimewanya rumah adat Honai ini.
Bakar Batu
Pudjia Ahmad menceritakan, saat berlangsungnya pernikahan Hasnah dan Malik diadakan tradisi Bakar Batu. Karena Malik merupakan seorang Muallaf maka keluarganya menghormati dengan meniadakan daging Babi pada acara Bakar Batu tersebut.
Jadi, Batu Bakar merupakan sebuah tradisi memasak bersama-sama warga sekampung untuk menyambut kebahagiaan. Salah satunya adalah pernikahan. Tradisi ini berlangsung kurang lebih lima jam hingga masakannya matang.
Adapun ritual tradisi ini meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
- Para warga membakar batu sampai batu menjadi sangat panas bahkan sampai merah membara.
- Sementara itu, warga lain akan menggali lubang yang cukup dalam kira-kira sesuai dengan banyaknya daging dan makanan yang akan dimasak.
- Kemudian warga akan mengatur posisi makanan dengan batu panas berada di dasar lubang yang telah beralas daun pisang dan alang-alang.
- Warga akan menutup batu panas tadi dengan daun pisang dan meletakkan daging yang telah diiris-iris di atasnya untuk ditutup kembali dengan daun pisang.
- Setelah itu warga akan menumpuknya lagi dengan batu panas yang ditutup lagi dengan daun pisang.
- Lalu warga akan meletakkan ubi-ubian dan sayuran lain yang ingin dimasak.
- Lantas daun pisang akan menutupinya lagi dan akan diberi batu panas lagi. Pada lapisan terakhir akan diberi daun pisang dan alang-alang.
Memasak dengan batu bakar memang agak aneh. Biasanya, kita akan menjadikan batu sebagai pencipta api dengan menggosok-gosokkannya. Waktu yang dibutuhkan untuk memasak juga lama. Tentu karena hanya memanfaatkan panas dari batu-batu tersebut.
Tapi, Hasnah rupanya sangat menikmati masakan itu. Dia merasa masakannya begitu lezat. Sehingga, aku berpikir andai saja aku bisa merasakan masakan itu juga. Pasti sangat menyenangkan.
Taman Nasional Lorentz (Burung Cendrawasih dan Kasuari)
Kita tahu, Papua masih memiliki banyak sekali hutan yang masih perawan. Makanya, saat Hasnah dan sang kakak melihatnya dari atas pesawat sesaat sebelum mendarat di Bandar Udara Sentani (saat ini Bandar Udara Internasional Dortheys Hiyo Eluay) terlihat sangat menakjubkan sekali.
Selain itu, pada satu bab dalam novel diceritakan bahwa Malik, suami Hasnah membuat penangkaran burung Cenderawasih dan binatang-binatang lain. Dia harus menangkap sendiri burung langka tersebut.
Aku nggak tahu apakah penangkaran burung Cenderawasih milik Malik adalah tempat yang nyata. Tapi ada Taman Nasional Lorentz yang mencakup 10 Kabupaten, termasuk Kabupaten Puncak Jaya.
Taman ini memiliki keanekaragaman hayati dengan ekosistem terlengkap se-Asia Pasifik. Mereka memiliki padang rumput, pantai, rawa hingga pegunungan. Selain itu, mereka juga memiliki ratusan spesies burung.
Dalam cerita, Malik berhasil menangkap dua jenis burung yang terkenal yaitu burung Kasuari dan Cendrawasih ekor panjang. Sementara, ibunya mengimpor beberapa binatang lain sebagai koleksi penangkaran miliknya yang kemudian dikelola oleh pemerintah.
Sebagai seorang yang pernah kuliah di bidang pertanian dan belajar morfologi tanaman tentu Taman Nasional Lorents menjadi destinasi wisata yang harus masuk dalam wishlist. Iya ‘kan, Gengs?
Rencana Mewujudkan Mimpi Ke Papua
Tuh ‘kan. Apa aku bilang? Novel “Senandung Cinta di Lembah Papua” ini benar-benar membuatku merajut mimpi untuk mengunjungi tempat ayahku merantau.
Aku rasanya ingin melihat dan mengikuti secara langsung adat dan tradisi yang diceritakan dalam novel. Melanglang buana sebaga traveler ke Papua sepertinya mengasyikkan banget nih.
Oke. Aku kudu bisa mewujudkan mimpi untuk berkunjung ke Papua suatu hari nanti. Tapi aku kudu siapin dananya dulu deh. Buat membeli tiket dan akomodasi selama berada di sana.
Tahu sendiri ‘kan? Transportasi ke Papua membutuhkan banyak sekali dana. Belum lagi, kesiapan diri untuk menempuh perjalanan ke daerah pedalaman. Rasanya aku sudah merasa amaze sendiri dong, Gengs.
Memanfaatkan Traveloka untuk Urusan Transportasi ke Tanah Papua
Aku memang harus mulai menabung untuk bisa menjajak tanah Papua, seperti si Hasnah. Tapi, aku perlu mulai mencari cara bagaimana rencana tersebut bisa terealisasi dengan baik mulai sekarang. Khususnya mengenai transportasi.
Jelas sekali, aku membutuhkan transportasi udara dari Surabaya menuju Jayapura. Biasanya, urusan ticketing, aku nggak pernah ambil pusing sih. Kok begitu?
Iya dong. Karena sudah sejak lama sekali aku selalu mengandalkan urusan transportasi dan akomodasi pada Traveloka si one stop service urusan akomodasi.
Tahu nggak sih? Traveloka adalah perusahaan teknologi terkemuka di Asia Tenggara. Mereka menyediakan akses bagi masyarakat agar bisa menemukan dan memesan berbagai layanan. Mulai dari transportasi, akomodasi, aktivitas dan gaya hidup bahkan keuangan.
Intinya, kita bisa memanfaatkan Traveloka pada urusan transportasi dan akomodasi saat ingin menjajak tanah Papua. Bahkan, Traveloka juga bisa menangani urusan kuliner lho. Menarik bukan?
Tapi ada yang masih kupusingkan, Gengs. Aku tu bukan Hasnah Nabila yang perjalanan menuju tanah Papua sudah difasilitasi oleh calon suaminya yang ternyata adalah seorang Sultan di Kota Mulia. Aku harus mengusahakan sendiri segala keperluanku.
Jadi kalaupun nanti dana sudah terkumpul, aku harus bisa mengaturnya hingga kepulanganku dari liburan. Terus gimana kalau ternyata danaku nanti malah nggak cukup saat aku masih berada di Papua? Bagaimana aku bisa pulang?
Well, kita perlu membuat skenario perjalanan lain nih. Kira-kira kalau urusan transportasi dan akomodasinya pakai sistem berangkat dulu, bayarnya nanti-nanti mau nggak, Gengs?
Mengatur Urusan Dana Akomodasi Liburan dengan Fitur Traveloka Paylater
Sebenarnya, aku sudah lama mengetahui ada fitur Traveloka Paylater. Aku pun sudah mengaktifkannya pada akunku. Bahkan beberapa kali telah kugunakan untuk urusan tiket keberangkatan ayahku saat merantau ke Papua.
Tahu sendiri ‘kan? Jika seorang (khususnya orang desa) memutuskan untuk merantau ke pulau seberang ya karena nggak punya uang. Maka dari itu, urusan tiket pun kadang berhutang.
Jujur sih, pake Traveloka Paylater tu berguna banget. Aku dan keluargaku nggak harus berhutang ke siapa-siapa untuk urusan keberangkatan ayahku. Kami bisa mencicil pembayaran tiketnya dalam tenor tiga bulan. Lebih ringan ketimbang harus membeli tiketnya secara cash.
Nah, aku kepikiran saja. Bagaimana kalau aku juga memanfaatkan Paylater dari Traveloka untuk urusan mewujudkan mimpi ke Kota Mulia, Papua ini?
Jadi begini, Gengs. Traveloka Paylater adalah salah satu layanan keuangan yang dimiliki oleh Traveloka. Layanan ini memungkinkan kita untuk melakukan cicilan tanpa kartu kredit, termasuk cicilan tiket pesawat dan lainnya.
Jadi, kita nggak perlu khawatir kalau-kalau kita nggak bisa pulang ke rumah karena kehabisan dana di Papua ya, Gengs. Karena Traveloka Paylater selalu bisa menjadi andalan.
Alasan Menggunakan Paylater di Traveloka
Ada beberapa alasan mengapa aku ingin menggunakan Paylater dari Traveloka dalam usaha mewujudkan mimpi menapak Kota Mulia, Papua. Alasan-alasan ini mungkin bisa menjadi salah satu masukan yang baik untuk Teman-teman memilih one stop service yang sama denganku.
- Mendaftar Traveloka Paylater itu mudah. Kita hanya membutuhkan data pribadi, KTP dan informasi pekerjaan. Seperti aku yang mendaftar Traveloka Paylater saat masih bekerja di salah satu perusahaan swasta bidang perkebunan kelapa sawit.
- Traveloka memberikan limit awal hingga 10 juta rupiah. Saat ini aku sudah berada pada Platinum Level 1 dengan limit yang bisa kugunakan adalah sejumlah Rp. 5.600.000,- Cukuplah untuk membeli tiket PP Surabaya – Jayapura.
- Pembayarannya mudah sekali. Kita bisa memilih untuk membayar dengan cara transfer bank atau BCA Virtual Account. Aku biasanya membayar dengan cara transfer bank.
- Kita bisa menggunakan limit kredit di luar Traveloka lho. Kita hanya perlu mengaktifkan virtual number saat ingin membayar di situs belanja favorit.
- Lebih fleksibel dan belanja selalu aman. Iyalah. Wong limit yang bisa digunakan bukanlah limit kredit secara keseluruhan. Misal nih pada levelku, sebenarnya limitku mencapai 35 juta rupiah. Tapi aku hanya bisa menggunakannya sampai 5,6 juta saja. Karena skorku turun, Gengs. Hehehe….
Intinya, ketika kita memutuskan untuk menggunakan Paylater dari Traveloka. Kita nggak akan sampai over limit. Semua pengeluaran akan terkontrol.
Kita juga bisa mengatur notifikasi penagihan. Sehingga, nggak bakal ada cerita lupa membayar tagihan.
Jadi, urusan transportasi ke Jayapura untuk menuju ke Kota Mulia teratasi dong. Bisa checklist deh.
Tapi eh tapi, bagaimana cara mendaftar Traveloka Paylater?
Cara Mendaftar Traveloka Paylater
Kalau untukku yang jelas sudah terdaftar pada Paylater di Traveloka sih mudah. Tinggal cari jadwal penerbangan Surabaya ke Jayapura, pilih pesawatnya lalu checkout deh. Lha kalau yang belum terdaftar di Paylater?
Tenang, Gengs! Tadi ‘kan aku sudah menyampaikan bahwa mendaftar di Traveloka Paylater itu mudah. Kita hanya perlu melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
- Kita perlu membuka aplikasi Traveloka. Lalu ketuk pilihan travelokaPay lalu pilih Paylater.
- Pastikan kita melengkapi setiap informasi yang dibutuhkan dengan data yang lengkap dan valid ya.
- Kita perlu menyiapkan KTP dan foto diri untuk keperluan verifikasi.
- Saat proses verifikasi, kita harus memastikan bahwa kita dan kontak keluarga bisa dihubungi oleh tim verifikator. Biasanya membutuhkan waktu maksimal satu jam kerja.
- Kita bisa menggunakan Paylater setelah persetujuan dan pengaktifan akun ya.
Nah, bagaimana, Gengs? Mudah ‘kan mendaftar di Traveloka Paylater. I will say, Papua, I’m coming.
Membeli Tiket Surabaya – Jayapura dengan Traveloka Paylater
Kita udah tahu kenapa harus pakai Paylater. Lalu, kita pun sudah mendaftar dan akun Paylater pun sudah aktif. Selanjutnya adalah bagaimana cara kita menggunakannya sebagai metode pembayaran?
Yuk, kita coba dengan membeli tiket pesawat dari Surabaya ke Jayapura untuk mewujudkan mimpi! Kita ‘kan menapaki jejak Hasnah Nabila pada novel “Senandung Cinta di Lembah Papua”.
- Kita membuka aplikasi Traveloka dan memilih produk yang akan dibeli. Kita bisa mencari jadwal penerbangan dari Surabaya ke Jayapura sesuai waktu keberangkatan. Usahakan nggak membeli tiket secara dadakan ya. Biar nggak mahal.
- Saat sudah sampai pada halaman pembayaran, kita bisa memilih metode “Paylater”.
- Lalu pilih opsi cicilannya. Minimal cicilan adalah Rp. 100.000,-/bulan ya, Gengs.
- Selanjutnya ketuk “Beli dengan Paylater”. Tunggu hingga Traveloka mengirimkan nomor OTP yang harus dimasukkan. Selesai deh.
Kalau aku memilih jadwal penerbangan pada bulan Februari 2022, harga tiketnya nggak nyampek dua juta lho. Paling kalau PP ya sekitar 4 jutaanlah. Bisalah kalau kita ambil tenor sampai dengan 6 bulan.
Jadi, dana cash bisa untuk alokasi keperluan lain selama perjalanan ke Kota Mulia atau kebutuhan sehari-hari. Benar nggak, Gengs?
Lalu Bagaimana Cara Membayar Cicilan Traveloka Paylater?
Setelah kelar mengunjungi Hasnah dan Malik, selanjutnya jangan lupa untuk membayar cicilan Paylater yang ringan itu ya. Karena saat kita membayar cicilan tepat waktu, maka level kita akan semakin naik. Nah, kita akan mendapatkan semakin banyak kemudahan dari mereka.
Beberapa kemudahan itu adalah limit kredit yang kita miliki akan semakin bertambah. Selain itu, biaya cicilannya akan semakin rendah dan lain sebagainya. Lantas bagaimana cara membayar tagihannya?
Cara membayar tagihan Traveloka Paylater tu mudah banget lho, sebagai berikut:
- Pada halaman muka Traveloka, kita bisa langsung mengarah ke halaman akun Paylater yang dimiliki dengan mengetuk opsi Paylater.
- Lalu arahkan pada halaman pembayaran dan kita bisa melihat semua tagihan yang dimiliki.
- Setelah itu, kita bisa memilih tagihan yang akan dibayar dengan mencentang kotak yang disebelahnya.
- Check and recheck dulu nominal pembayaran yang ada pada totalannya. Jika sudah sesuai, maka ketuk "Bayar Sekarang".
- Selanjutnya, kita bisa memilih metode pembayaran yang ada. Bisa melalui transfer bank, ATM atau Rekening Virtual.
- Kemudian kita bisa membayar sesuai jumlah yang tertera pada petunjuk pembayaran. Oh iya, kita harus memastikan nominalnya sama persis sampai ke tiga digit terakhirnya sebagai angka unik ya. Agar pembayaran kita bisa segera terproses tanpa kendala.
Akhirnya, kota impian telah terkunjungi. Bayar cicilan untuk akomodasinya pun ringan. Jadi, Traveloka Paylater benar-benar berguna untuk jalan pintas mengunjungi kota impian 'kan, Gengs? Kubilang juga apa.
Jujur deh Traveloka Paylater tu Guna Banget untuk Mewujudkan Mimpi Menapak ke Kota Mulia, Papua
Awalnya aku berpikir bahwa menapaki jalan Hasnah Nabila dalam cerita novel “Senandung Cinta di Lembah Papua” terlihat rumit. Tapi, sekarang udah nggak dong. Akhirnya, aku menemukan cara cepat untuk bisa mewujudkan mimpi itu.
Dengan Traveloka semua bisa menjadi mudah. Apalagi kalau memanfaatkan fitur Paylater. Kita bisa berangkat dulu, bayar kemudian. Mana bisa pakai tenor lagi membayarnya. Pasti lebih ringan. Kurang apa coba?
Jujur deh, Traveloka Paylater tu guna banget untuk mewujudkan mimpi berkunjung ke Kota Mulia. Kita bisa merasakan bagaimana cuaca dari kota terdingin di Indonesia. Mengunjungi Honai dan Ebe’ai. Plus mempelajari semua ekosistem di Taman Nasional Lorentz. Termasuk bertemu dengan burung Cenderawasih dan Kasuari yang eksotik yang Malik miliki dalam cerita.
Kalau ada yang bertanya bagaimana akhir kisah Hasnah dan Malik? Tentu aku akan menjawab bahwa kalian harus membaca novelnya sendiri. Nggak akan seru kalau aku menceritakannya disini.
Teman-teman boleh meminjam ebooknya di ipusnas. Gratis dan legal lho. Hehehe....
Jadi, Gengs. Destinasi wisata di kota mana sih yang sangat ingin kalian kunjungi? Ceritakan di kolom komentar ya!
Referensi:
- ipusnas untuk membaca novelnya.
- https://www.rumah.com/panduan-properti/honai-31642
- https://id.wikipedia.org/wiki/Bakar_Batu
- https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/73/Barapen_Ceremony_Baliem_Valley.jpg
- https://seringjalan.com/tempat-wisata-di-kabupaten-puncak-jaya/
- http://pujiaachmad.blogspot.com/2014/05/novel-baruku-senandung-cinta-di-lembah.html
- website traveloka
wow mbak udh brp lama pake traveloka paylater? pointsnya udah brp? mengenai bunga, masalah gak buat mbak ditarik per bulan?
BalasHapusBumi cenderawasih ini juga salah satu destinasi impianku yang belum terwujud hingga sekarang. Bahkan dulu pernah ikut lomba yang hadiahnya traveling ke sana. Ah cuma sampe finalis 100 besar. Padahal yang diambil cuma 10 orang. Duh. Belum rezeki ya kak.
BalasHapusYa udah nabung aja dl dah. Sekalian mau manfaatin fitur Traveloka PayLater ini. Aku juga udh punya akun di sana. Udh aktifin PayLaternya. Tinggal klik aja sih sebenarnya. Cuma nunggu pandemi ini mulai reda. Smg virus mematikan ini segera sirna. Biar kita bisa berleha2. Hehe..
Baca tulisan Mbak Yuni serasa sedang traveling ke Papua, deh. Btw, aku baru tahu nih ada Kota Mulia yang merupakan kota paling dingin di sana. Tahunya selama ini cuma Pegunungan Jaya Wijaya.
BalasHapusSemoga lancar yaa perjalanannya ke Papua. Bersyukur banget ya sekarang ada Traveloka PayLater yang membantu perencanaan perjalanan dan keperluan lainnya.
Traveloka paylater bisa jadi jalan untuk mewujudkan mimpi orang-orang yang hobi traveling ke nusantara bahkan keliling dunia
BalasHapusMenarik banget, karena Mbak Yuni mendambakan kota yang jarang orang sebut. Umumnya kan Raja Ampat, Bali, atau tempat populer lainnya. Keren. Semoga bisa ke kota Mulia segera ya Mbak...
BalasHapusWah ternyata Papua menyimpan potensi wisata yang sangat besar ya, alamnya juga masih asri dan banyak yang belum tersentuh, aku juga penasaran dengan Kota Mulia...sampai googling aku mau tahu tentang Kota Mulia...hahaha, tapi memang sih Traveloka Paylater bantu banget terutama jika ada perjalanan tidak terduga, biayanya bisa dicover Traveloka Paylater.
BalasHapusAsyik yakk! Aku baru tahu lho kota ini dari kak Yuni, jadi ikutan penasaran ihh kota Mulia tuh kayak apaaa <3
BalasHapusNgomongin Papua, pasti identik dengan budaya yang kental ya kak. Alamnya juga masih perawan. Apalagi deretan pantainya. Indah
BalasHapusAku juga dulu dan samoe sekarang sih punya mimpi ke Peru, tracking ke pegunungan yang ada situs peninggaman peradaban suku Inca di Machu Picchu gegara kerajinan ngikutin serial the nekad travelernya trinity. Dulu terasa mustahil ya mbak, tapi semenjakbada traveloka pay latter gak ada yang gak mungkin nih hehe
BalasHapusJadi ikut merasakan kembali ketika delay nya pesawat. Soalnya memang sesuatu yang mendebarkan hehe. Namun, penjelajahan ini sangat menarik kak Yuni, apalagi tentang Kota Mulia.
BalasHapusaku kepincut loh pengen donlot traveloka dan pake traveloka paylater untuk liburan sama keluarga nanti, rencananya ke yang deket dulu ke Bali, next mungkin ke papua nih
BalasHapusJujur aku jadi pengen baca novel Senandung Cinta di Lembah Papua,kayaknya menarik banget. Ini kalau dijadikan film pasti bagus banget, apalagi kalau syutingnya di Papua. Aku ikut penasaran sama Kota Mulia loh Mbak..
BalasHapusPapua ini memang salah satu destinasi impian bagi banyak orang ya mbak
BalasHapusBanyak bgt potensi wisatanya
Tapi kadang terkendala biaya ya buat datang ke Papua
Untungnya ada Traveloka PayLater ini
Menilik keindahan sebuah tempat itu memang terkadang tak butuh ke tempatnya langsung yaa.. Cukup dengan membaca novel. Namun berbeda cerita ketika novelnya menjadi sangat menarik dari segi tema dan kisahnya yang kuat seperti Novel “Senandung Cinta di Lembah Papua”.
BalasHapusPembaca menjadi semakin semangat mewujudkan impian melihat langsung setiap hal yang menjadi latar dalam perjalanan kisah cinta Hasnah dan Malik.
Bersama Traveloka, mimpi segera dapat menjadi kenyataan.
hihihi mantep kak. aku baru tau Traveloka punya paylater juga. tapi sampai sekarang aku gak berani ngaktifin paylater di e-commerce mana pun :"D
BalasHapusCeritanya menarik, eit lebih menarik lagi kota Papua nya. Daridulu pengn kesanq, tpi ndak ada waktu buat kesana.. Rasanya minimal 2minggu deh kudu nikmati suasana nya..
BalasHapusawalnya ku pikir kota Mulia ini cuma kata kiasan aja loh mbak, ternyata memang ada ya hahahha untuk ada Google
BalasHapusTraveloka paylater nih lumayan cepat pengajuannya yaaaa.. dah gitu ada sistem pembayaran cicilan jugaaaa.. bikin kalap pengen liburan teruuuus.. hihi
BalasHapusNovelnya unik, tentang Papua. Jaranh kubaca setting cerita di Papua. Padahal banyak pesona alam n budaya di sana ya Namanya udah terpesona ya, pengiiin aja ke sana padahal dana baru ada bulan depan. Untung ada fitur paylater di traveloka, bisa memudahkan.
BalasHapusWah saya jadi ikutan mupeng buat melipir ke Kota Mulia nih. Penasaran, kenapa bisa sedingin itu ya. 15° di siang hari itu aja udah ga umum 😂
BalasHapusAku juga pernah pakai traveloka pay later mbak, dan alhamdulillah membantu banget karena bisa beli tiket pulang kekalimantan, dan bayarnya nyicil 😁
BalasHapusMenarik novelnya Senandung CInta di Lembah Papua
BalasHapusSudah lama ingin berkunjung kesana, alamnya yang indah emmpunyai daya tarik tersendiri
Dipermudah pula dengan traveloka, fiturnya yang baru pay later cukup membantu ya
Traveloka skrng memberi kemudahan kita para penggunanya dengan traveloka paylater ya mbak. Saya pun ingin mengaktifkannya minimal utk bayar bayar tagihab
BalasHapusWah iya juga ya. Bisa melalukan perjalanan ke tempat impian dengan paylater ini. Kemarin abis coba aktivasi dan ternyata mudah serta cepat prosesnya. Kalau aku pengen banget ke Toraja. Gara-gara baca novel Misi
BalasHapusSaya sebagai orang Sumatera memandang budaya Papua itu sangat khas sekali dan otentik. Kekayaan alamnya juga sangat Indah. Semoga satu saat nanti juga bisa ada kesempatan dan rezeki ke sana.
BalasHapusPakai Traveloka paylatter bener2 mewujudkan impian ya mbak, jadi sekarang kalo mau traveling nggak harus nunggu celengan ayam penuh dulu ya
BalasHapusBeberapa mimpi memang butuh paylater untuk mewujudkan. Saya tahu dan setuju saja asal tahu cara bayarnya. Saya jadi pengen ke Kota Mulia juga nih. Tapi entah kapan, karena saya pengen ngabisin Jawa dulu
BalasHapusTraveloka playlatter emang cocok buat mereka yang suka traveller tapi saya selama ini masih dirumah aja gak kemana - mana
BalasHapusPerjalanan ke Papua menggunakan perjalanan traveloka pay later menjadi pilihan pas
BalasHapuspapua ini its my dreams , kapan ya bisa ke sini
BalasHapusSelalu berpikiran positif, yang penting gak pernah henti bermimpi. Kayak Mommy ASF, gak bisa ke Cappadocia sama suaminya yang ternyata selingkuh, eh sekarang malah dibayarin gratis bareng keempat anaknya malah. Mba Yuni juga, semoga bisa kelak ke Papua dengan momen yang lebih istimewa. Amiiin.
BalasHapusSaya jadi pengen baca novelnya mbak. Keren ya penulisnya, lewat tulisan saja mampu menggambarkan keindahan alam Papua dan membuat mbak Yuni pengen ke sana melihat secara langsung. Dengan traveloka paylater, impian ke sana bukan hal mustahil lagi ya mbak.
BalasHapusWow..gak ngebayangin sedingin apa kotanya. Mungkin tiap hari aku udah jaketan melulu ya mba..impian ya..bisa berkunjung ke Papua. Kalau aku, pengen banget ke raja Ampat mba
BalasHapusPengen banget jalan2 Ke Papua mbak, tapi kebutuhan masih banyak hehe. Noted deh semoga bisa kesampean Aamiin Dan pakai traveloka paylater deh
BalasHapusAku baru mo nyoba aplikasi Traveloka untuk yg Paylater ini, tapi entah kenapa kok failed saat registrasi.
BalasHapusWah, artikel ini unik dibuka dengan cerita yang menarik, lho, mbak Yun. Hahaha
BalasHapusSaking terhanyutbya, saya nggak nyadar kalau di bagian akhir ngomongin traveloka paylater.
Btw, saya juga langganan banget sama traveloka paylater saat bepergian ke luar kota. Praktis banget dan bisa diandalkan
aku kalau baca novel dengan latar belakang daerah yang cakep, bagus, jadi suka ngebayangin pengen ke tempat yang sama juga
BalasHapusdulu pernah baca novel, dengan latar belakang pulau Buru, saking penasarannya, sampe berharap suatu saat bisa kesana juga
Traveloka Pay Later bener bener memudahkan pelanggannya ya, kayaknya ga hanya buat beli tiket aja ya