Merindukan Pernikahan - Dua Puluh Dua

Sumber : Pixabay.com

Rayyan POV

Seminggu menjelang pernikahanku dengan Abigail.

Aku baru saja selesai membaca surat pemindahan lokasi kerja staffku dari HRD. Di sana tertulis bahwa per tanggal satu bulan depan, dia sudah berkantor di Palembang. Dan itu hanya dua minggu setelah pernikahanku. Sejenak, aku ingin meremas kertas itu dan menjadikannya bola lalu melempar masuk ke tempat sampah. Namun, aku tahan.

Baca juga Kisah Sebelumnya




Percuma. Sekalipun aku menghancurkan kertas itu dengan mesin penghancur, tidak akan merubah apapun.

Tentu saja ini bukan hal yang akan dengan mudah aku terima. Bahkan aku sudah meminta bantuan Bang Edgar untuk mengambil Abigail sebagai staff di divisinya.

Apa kali ini Bang Edgar gagal meyakinkan Pak Bagas? Atau mungkin saja dia melupakan permintaanku tempo hari. Tega sekali dia kalau memang benar begitu.

Ku hampiri ruangan Bang Edgar. Ingin segera mengonfirmasi mengapa surat mutasi ini berbeda dengan apa yang ku harapkan. Memang bukan salahnya, hanya saja aku sedang butuh seseorang untuk disalahkan. Satu-satunya orang yang ku pikirkan adalah Bang Edgar.

Namun begitu pintu ruangannya terbuka, tampak olehku dia sedang serius menekuni sesuatu di laptopnya. Sesekali mengetik beberapa huruf atau angka. Barangkali dia sedang memeriksa laporan dari Mery dan yang lain. Maklum saja, semua data operasional kebun, dia yang mengolahnya menjadi sebuah laporan untuk management.

"Hay Ray. Tumben kau kemari? Mery susah dimintai laporan lagi?", tanya Bang Edgar saat dia menyadari kehadiranku.

Selama ini memang, Mery begitu lama jika dimintai data. Namun ku tahu, semua itu, karena dia juga tidak bisa segera menerima informasi yang dibutuhkan dari kebun. Yah, seperti lingkaran setan yang tak berkesudahan.

"Bukan begitu, Bang."

"Lalu ngapai kau kemari? Udah nggak ada kerjaan lagi kau?" ejeknya. "Cuti sana. Seminggu lagi mau nikah, masih juga kerja kau. Si Abi nggak protes rupanya?" imbuhnya.

Dia memang suka sekali mengejek temannya. Mereka yang tidak becus bekerja lah. Mereka yang kurang beban kerjaanlah. Dan masih banyak lagi ejekan-ejekan lain yang dia lontarkan. Nadanya bisa pedas sekali dengan intonasi suara yang seolah menggelegar. Maklum saja. Dia orang batak.

Namun anehnya, tidak ada seorangpun di kantor ini yang merasa sakit hati mendengar semua perkataan kerasnya. Mungkin lebih tepatnya, mereka sudah terbiasa dengan gaya bicaranya yang begitu. Sebenarnya dia orang yang baik.

"Bang, Pak Bagas nggak setuju ya Abi dipindah ke divisi abang?"

Dia tersenyum sebelum menjawab, "Bukan begitu, Ray. Orang tua itu mana bisa nolak Abi."

"Lalu?"

Bang Edgar menangkup kedua tangannya dengan siku dia tumpukan pada meja untuk menyangga dagunya. Keningnya berkerut seolah memikirkan sesuatu yang sangat berat. Pandangannya tajam menatap mataku.

"Divisi kami nggak akan keberatan jika harus menambah Abi, Ray. Kami selalu punya tempat untuk orang baru," jelas Bang Ray, "sayangnya, orang Palembang ngotot. Mereka butuh Abi di sana katanya," lanjutnya.

Aku lemas. Surat mutasi sudah di tangan. Kalau Bang Edgar sudag menjawab begitu, protes pun percuma. Mau tidak mau, staff yang bersangkutan harus mengikuti. Dia pindah lokasi kerja, dan kami harus menjalani pernikahan jarak jauh. Bahkan di awal, ketika hubungan ini masih semanis madu.

Well, dia punya pilihan lain tentu saja. Masalahnya adalah, dia mau atau tidak dengan alternatif yang lain itu.

"Tenanglah, Ray. Dia nggak akan kemana-mana," kata Bang Edgar.

Coba saja istrimu yang kemana-mana, Bang. Kamu mungkin nggak akan bicara begitu. Atau mungkin tetap saja begitu, toh kamu nggak akan merasa sepi tanpa istri.

Ku tinggalkan ruangan Bang Edgar. Tidak ada jalan ke luar yang ku harapkan darinya. Yang ada malah semakin menambah rasa frustasiku.

==========

"Mas, kebun butuh selang pemadam kebakaran nih!"

Abigail masuk ke ruanganku dengan membawa memo permintaan barang (MPB) di tangannya. Seperti biasa. Dia menampilkan ekspresi wajah yang ceria. Senyum selalu terkembang di wajah manisnya, menciptakan lesung pipit di kedua pipi cubby yang memerah. Membuatku gemas dan selalu ingin mencubit, menggigit atau mencium. Eh,

Apa sebenarnya yang sedang bermain di otakku?

"Mas Ray kenapa? Tumben, nggak fokus pas di kantor!"

Karena siapa lagi memangnya?

Semakin hari, sepertinya aku tidak bisa berpikir waras jika berkaitan dengan gadis ini. Ada saja yang membuatku kehilangan konsentrasi. Seperti perkataan Bang Edgar. Katanya kantor Palembang bersikeras bahwa Abigail dibutuhkan di sana.

Untuk apa?

"Apa ada orang Palembang yang intens menghubungimu akhir-akhir ini, Abs?" tanyaku sembari menunduk memeriksa MPB kebun. Bukan apa-apa, tetapi aku perlu tahu siapa yang begitu ngototnya ingin Abigail di sana.

Dia tampak sibuk berpikir. Telunjuk kanannya menyentuh dagu dengan kening berkerut. Ditambah bibir sedikit mengerucut. Khas orang berpikir.

"Ada Mas," jawab Abi.

"Siapa?" tanyaku tajam. Sejenak ku lupakan berkas yang harus ku setujui untuk fokus pada jawabannya.

Abigail mengernyit heran. Tentu saja. Tidak biasanya aku begini. Ada apa denganku. Memang kenapa kalau orang kantor berhubungan dengan Abigail secara intens? Mereka pasti membicarakan pekerjaan bukan?

"Mas Bagus. Ada beberapa invoice yang mesti langsung dikirim kemari. Dia harus selalu diingatkan untuk urusan itu, kalau Mas Ray lupa," jelasnya.

Ah iya, si Bagus bebal itu tentu saja harus selalu diingatkan bahkan hal-hal yang sangat sepele.

Aku kembali melihat apa saja kebutuhan anggota pemadam kebakaran. Selang pemadam. Stok kebun masih ada beberapa, namun sebagian dalam kondisi rusak. Sementara kebun membutuhkan barang itu untuk mengantisipasi masalah kebakaran lahan.

"Coba kamu cari penawaran harga untuk barang-barang ini!" perintahku.

"Oke, Mas"

Dia meninggalkan ruanganku. Saat tangannya menyentuh gagang pintu kaca, aku memanggilnya. Dia menoleh dengan ekspresi heran yang lucu sekali. Ditambah bibirnya yang sedikit mengerucut. Andai bukan di kantor aku bisa menertawakan ekspresi konyolnya itu.

"Selain Bagus, kamu yakin tidak ada yang menghubungimu?" tanyaku lagi.

Aku hanya ingin memastikan, tidak ada orang yang mengganggu milikku. Setidaknya, sebentar lagi.

"Mas Ray kenapa sih? Nanyanya gitu banget?" tanyanya kesal.

"Nggak ada."

"Mas Ray aneh," gerutunya yang masih bisa ditangkap oleh indera pendengarku.

Dia menggerutu dengan suara keras, siapa yang tidak dengar jika jaraknya hanya beberapa meter. "Dan Abs, kayaknya kamu sudah harus libur deh"

Senyumnya kembali merekah. Matanya menyipit. Manis sekali.

"Nanti aku ajukan cuti. Langsung acc ya, Mas," jawabnya sebelum menutup pintu ruanganku.

Memangnya dia pikir akan ada orang yang tidak menyetujui, jika cuti dengan alasan menikah. Konyol sekali pemikirannya.

Dan kau begitu menyukai kekonyolannya 'kan Ray?

Iya. Aku menyukainya. Sangat. Terbayang betapa menyenangkannya hidup bersama gadis itu. Hari-hariku pasti akan semakin berwarna.

- To be Continue -

With Love

Yuni Bint Saniro

Blogger wanita yang menyukai dunia menulis sejak SMA. Saat ini masih pemula. Tapi tidak masalah. Kelak ada masanya menjadi profesional. Semangat.

8 Komentar

Terima kasih atas kunjungannya, jika anda memiliki saran, kritik maupun pertanyaan silahkan tinggalkan komentar anda.

  1. Kayaknya bakalan seru ni ceritanya hehe. Ray bakalan galau sendiri dengan surat mutasi itu. Apalagi tanggapan abigail yang santai. Haduh jadi gemes deh sama mereka berdua. Di tunggu lanjutannya ya Mbak Yuni.

    BalasHapus
  2. So sweet... jadi makin kepo nih pengen baca cerita selanjutnya.

    BalasHapus
  3. Kebayang rasanya jadi Ray harus LDR pas lagi masa manisnya habis menikah, wajar kalau jadi agak senewen ya mba hihi ditunggu kelanjutan ceritanya Mba Yuni

    BalasHapus
  4. Ya ampuun ke Palembang. Duh gimana dong nanti Ray dan Abs..LDM kah?

    Ini detil bangets settingnya, suka!!
    Makin mengaduk-aduk kekepoan saya

    BalasHapus
  5. Jadi...jadi...terus gimana? Gemesin ceritanya. Sabar menanti lanjutan kisahnya nih...

    BalasHapus
  6. Gemess aku,tapi udah mau married loh! Ehem,kira-kira gimana itu nanti ya. Rencana nikahannya lancar gak ya?

    BalasHapus
  7. Nah...mulai ada masalah nih. Mereka harus siap-siap menghadapi LDR dalam masa pernikahan mereka yang masih baru ya...
    Gak sabar nunggu kelanjutannya. Apakah Abigail mau dengan opsi kedua yang nantinya bakalan diajukan oleh Mas Ray?

    BalasHapus
  8. Mb Yuni mantul udah nulis cerbung smpi part 20an...bisa buat novel tuh...Cerita ttg cinta, harapan dan kehidupan ...sukses ya mb...

    BalasHapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama

Artikel Terbaru di Yuni Bint Saniro