Aku memandang pantulan diri seseorang pada cermin. Rapi, anggun dengan dress dan kerudung berwarna soft peach juga make up minimalis yang ikut menambah manis penampilannya. Ditambah dengan senyuman itu. Sungguh, rasanya aku nggak bisa percaya bahwa apa yang terpantul di cermin adalah sosok diriku sendiri. Sangat berbeda dengan diriku beberapa tahun lalu.
“Hey, kamu terlihat sangat cantik,” pujiku pada sosok yang terpantul pada cermin itu.
Malam ini adalah acara ulang tahun perusahaan. Aku harus tampil all out. Seenggaknya untuk memenuhi nasihat seseorang agar aku bisa mencintai diriku sendiri sebelum membuat orang lain mencintaiku. Dan aku berencana untuk membuat orang lain mulai memperhatikanku.
Perusahaan mengadakan sebuah pesta di aula hotel amaris. Semua staff dan keluarganya diundang untuk meramaikan. Begitu juga denganku. Meski belum ada seseorang yang akan menemaniku ke acara ini.
Dulu, aku nggak akan pernah mau mengenakan dress. Penampilanku nggak ubahnya seorang gadis tomboy yang lebih menyukai pakaian casual dengan celana. Bahkan terkadang jauh dari kesan rapi. Hingga aku bertemu dengannya. Seorang yang tiba-tiba menyusup masuk ke dalam hatiku.
Meski banyak orang yang dengan mudah membaca tentang perasaanku hingga mulai menggoda kami berdua. Dimana pun kami berada, ketika kami dalam satu ruangan maka akan ada godaan-godaan yang ditujukan pada kami. Tentu saja hal itu membuatku melayang.
“Duh, Mas Genta dan Mbak Naura cocok banget dah. Udah Mas, segera dihalalin aja.”
Salah satu candaan yang pernah kami terima. Cewek mana sih yang nggak gede rasa jika digoda seperti itu. Apalagi disandingkan dengan orang yang menjadi pujaan hatinya. Aku yakin kalian pun bisa merasakan apa yang sedang kurasakan.
Sayangnya, type cewek yang dia idamkan sangat berbeda denganku. Dia menyukai cewek yang cantik, anggun juga lembut. Pasti bukan cewek yang tomboy yang acuh pada penampilan sepertiku.
“Kami berdua mah cocoknya Cuma berteman ya, Ra. Kita mah udah best friend banget.”
Begitu selalu yang dia katakana untuk mengelak dari segala godaan itu. Kuakui, dia nggak pernah menolak dengan perkataan yang kasar. Tapi, tetap saja hati ini merasa nggak nyaman.
***
“Genta nggak bakal suka sama kamu, Ra,” perkataan Dani kala itu. Dikatakan dengan nada pelan dan sambil lalu. Tapi tetap saja membuat hatiku nyeri.
Aku jadi insecure dan punya pemikiran, apakah memang aku sebegitu nggak menarik hingga nggak bisa membuat orang suka padaku. Kalau dipikir-pikir, penampilanku hanya terlalu casual. Aku masih mengenakan kerudung meski sederhana. Aku juga nggak bisa terlalu lemah lembut tapi aku juga bukan cewek kasar. Aku hanya tegas. Dan sepertinya itu bukan masalah besar. Iya nggak sih?
“Genta nggak suka cewek kayak kamu. Meski menurut sebagian orang cewek mandiri, tegas dan pintar itu menarik tapi bagi Genta kamu nggak masuk kategori itu,” lanjut Dani.
“Memangnya aku sejelek itu ya, Dan? Penampilanku ‘kan nggak malu-maluin banget,” tanyaku yang hanya Dani jawab dengan dengusan.
Saat itu, Dani mengamatiku dari kepala sampai kaki. Tatapannya membuatku sedikit ngilu. Entah apa yang ada di pikirannya. Dia juga memegang dagunya sembari mengangguk-anggukkan kepala.
“Kamu mikir apaan deh, Dan?” tanyaku sembari melotot padanya.
Sayangnya dia nggak terpengaruh dengan itu. Malah membuka suara yang membuatku menganga. “Kalau ingin Genta menyukaimu, kamu perlu mengubah sedikit penampilanmu. Seenggaknya, kamu harus mencintai dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain.”
“Aku sudah cinta kok sama diriku sendiri,” elakku.
Lagi-lagi Dani hanya mendengus. Aku nggak berpikir ada yang salah denganku. Meski cenderung cuek dengan penampilan, aku selalu membuat diriku nyaman. Pakaian yang ku kenakan meski casual tetap menutup aurat. Jangan bertanya mengenai make up padaku. Karena aku nggak mengerti sedikit pun tentang itu.
“Kamu nggak pernah mengurus dirimu, Ra. Kamu boleh nggak suka menjadi feminim, tapi mbok ya penampilan tu yang rapi. Padu padan busanamu tu nggak banget. Kamu pikir tabrak warna begitu keren? Kalau pilihan warnanya soft sih nggak masalah. pilihan warnamu tu bikin sakit mata. Ngejreng semua,” cemooh Dani.
Beberapa hari aku memikirkannya. Busanaku memang bisa dibilang nggak banget. Aku nggak heran jika nggak banyak teman yang bersedia hang out denganku. Kalau pun aku terpaksa ikut pasti ada Dani disampingku. Hanya dia yang betah nongkrong lama bersamaku. Dia juga yang menjadi magnet teman-teman lain di lingkaran kami. Sementara aku? Bukanlah siapa-siapa.
Jadi, wajar saja jika Genta nggak mau disandingkan denganku. Beruntung aku nggak dihina dina olehnya. Dia memang cowok yang baik. Aku nggak pernah salah menjatuhkan hati padanya.
***
Pada akhirnya, disinilah aku. Setelah bersusah-payah mengubah penampilan, aku mendapatkan diriku terlihat semakin mempesona. Acara ini membuatku bertoleransi untuk mengenakan dress yang cantik. Aku juga nggak keberatan memoleskan make up meski hanya minimalis. Bagiku yang penting wajahku nggak terlihat pucat. Hanya untuk malam ini.
“Baiklah, Naura. Apa kamu siap bertemu dengan Genta? Mari tunjukkan pesonamu sekarang!” batinku menyemangati diri sendiri.
Aku mengenakan alas kaki. Masih dengan model flat, tapi kali ini bukan lagi sandal gunung yang sangat suka kugunakan. Dani telah memilihkan sepasang sandal pesta sangat cantik yang katanya sangat serasi dengan dress yang kupakai.
Acara ulang tahun perusahaan memang mengundang pasangan dan anggota keluarga juga. Sayangnya aku adalah cewek perantau. Jadi, nggak ada anggota keluarga atau pasangan yang seharusnya kuajak. Sama sepertiku. Dani juga seorang perantau. Hingga kami berpikir kalau nggak masalah jika kami pergi berdua ke acara itu. Toh, kami adalah teman dekat.
Apalagi, dia juga yang menemaniku berubah menjadi seperti ini. Aku lebih perduli pada penampilan dan nggak canggung lagi berteman dengan make up juga skincare.
Lalu, disanalah aku melihatnya. Dani sedang duduk di luar, sebuah areal terbuka yang memang disediakan untuk menerima tamu cowok di kosan kami. Dia mengenakan kemeja biru yang lengannya dilipat hingga siku juga celana jeans hitam.
Saat netranya mengarah padaku, aku melihat dia sedikit terpaku. Entah mengapa, hal itu membuatku sedikit tersipu.
Oh ayolah. Itu hanya seorang Dani. Dia bukan Genta yang kusukai. Jadi kenapa harus tersipu malu segala, gejolak batinku.
Maka, aku berjalan dengan langkah mantap kearahnya. “Aku sudah siap. Apa menurutmu Genta akan menyukai perubahanku?” tanyaku.
Dia terlihat berpikir sejenak. “Seenggaknya dia pasti akan merubah sudut pandangnya terhadapmu,” jawab Dani.
Yah, Dani benar. Entah nantinya Genta akan menyukaiku atau nggak. Hal yang paling penting adalah aku sudah mencintai diriku sendiri. Percaya pada pesonaku. Sehingga cepat atau lambat dia akan mendekat. Apalagi jika dia benar-benar adalah jodoh terbaikku.
Dani membawaku ke tempat pesta dengan mobilnya.
[To be Continue]
#CintaiDirimuSendiriMakaOrangLainAkanMencintaimu2
Sumber : pinterest.com |
“Hey, kamu terlihat sangat cantik,” pujiku pada sosok yang terpantul pada cermin itu.
Malam ini adalah acara ulang tahun perusahaan. Aku harus tampil all out. Seenggaknya untuk memenuhi nasihat seseorang agar aku bisa mencintai diriku sendiri sebelum membuat orang lain mencintaiku. Dan aku berencana untuk membuat orang lain mulai memperhatikanku.
Perusahaan mengadakan sebuah pesta di aula hotel amaris. Semua staff dan keluarganya diundang untuk meramaikan. Begitu juga denganku. Meski belum ada seseorang yang akan menemaniku ke acara ini.
Dulu, aku nggak akan pernah mau mengenakan dress. Penampilanku nggak ubahnya seorang gadis tomboy yang lebih menyukai pakaian casual dengan celana. Bahkan terkadang jauh dari kesan rapi. Hingga aku bertemu dengannya. Seorang yang tiba-tiba menyusup masuk ke dalam hatiku.
Meski banyak orang yang dengan mudah membaca tentang perasaanku hingga mulai menggoda kami berdua. Dimana pun kami berada, ketika kami dalam satu ruangan maka akan ada godaan-godaan yang ditujukan pada kami. Tentu saja hal itu membuatku melayang.
“Duh, Mas Genta dan Mbak Naura cocok banget dah. Udah Mas, segera dihalalin aja.”
Salah satu candaan yang pernah kami terima. Cewek mana sih yang nggak gede rasa jika digoda seperti itu. Apalagi disandingkan dengan orang yang menjadi pujaan hatinya. Aku yakin kalian pun bisa merasakan apa yang sedang kurasakan.
Sayangnya, type cewek yang dia idamkan sangat berbeda denganku. Dia menyukai cewek yang cantik, anggun juga lembut. Pasti bukan cewek yang tomboy yang acuh pada penampilan sepertiku.
“Kami berdua mah cocoknya Cuma berteman ya, Ra. Kita mah udah best friend banget.”
Begitu selalu yang dia katakana untuk mengelak dari segala godaan itu. Kuakui, dia nggak pernah menolak dengan perkataan yang kasar. Tapi, tetap saja hati ini merasa nggak nyaman.
***
“Genta nggak bakal suka sama kamu, Ra,” perkataan Dani kala itu. Dikatakan dengan nada pelan dan sambil lalu. Tapi tetap saja membuat hatiku nyeri.
Aku jadi insecure dan punya pemikiran, apakah memang aku sebegitu nggak menarik hingga nggak bisa membuat orang suka padaku. Kalau dipikir-pikir, penampilanku hanya terlalu casual. Aku masih mengenakan kerudung meski sederhana. Aku juga nggak bisa terlalu lemah lembut tapi aku juga bukan cewek kasar. Aku hanya tegas. Dan sepertinya itu bukan masalah besar. Iya nggak sih?
“Genta nggak suka cewek kayak kamu. Meski menurut sebagian orang cewek mandiri, tegas dan pintar itu menarik tapi bagi Genta kamu nggak masuk kategori itu,” lanjut Dani.
“Memangnya aku sejelek itu ya, Dan? Penampilanku ‘kan nggak malu-maluin banget,” tanyaku yang hanya Dani jawab dengan dengusan.
Saat itu, Dani mengamatiku dari kepala sampai kaki. Tatapannya membuatku sedikit ngilu. Entah apa yang ada di pikirannya. Dia juga memegang dagunya sembari mengangguk-anggukkan kepala.
“Kamu mikir apaan deh, Dan?” tanyaku sembari melotot padanya.
Sayangnya dia nggak terpengaruh dengan itu. Malah membuka suara yang membuatku menganga. “Kalau ingin Genta menyukaimu, kamu perlu mengubah sedikit penampilanmu. Seenggaknya, kamu harus mencintai dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain.”
“Aku sudah cinta kok sama diriku sendiri,” elakku.
Lagi-lagi Dani hanya mendengus. Aku nggak berpikir ada yang salah denganku. Meski cenderung cuek dengan penampilan, aku selalu membuat diriku nyaman. Pakaian yang ku kenakan meski casual tetap menutup aurat. Jangan bertanya mengenai make up padaku. Karena aku nggak mengerti sedikit pun tentang itu.
“Kamu nggak pernah mengurus dirimu, Ra. Kamu boleh nggak suka menjadi feminim, tapi mbok ya penampilan tu yang rapi. Padu padan busanamu tu nggak banget. Kamu pikir tabrak warna begitu keren? Kalau pilihan warnanya soft sih nggak masalah. pilihan warnamu tu bikin sakit mata. Ngejreng semua,” cemooh Dani.
Beberapa hari aku memikirkannya. Busanaku memang bisa dibilang nggak banget. Aku nggak heran jika nggak banyak teman yang bersedia hang out denganku. Kalau pun aku terpaksa ikut pasti ada Dani disampingku. Hanya dia yang betah nongkrong lama bersamaku. Dia juga yang menjadi magnet teman-teman lain di lingkaran kami. Sementara aku? Bukanlah siapa-siapa.
Jadi, wajar saja jika Genta nggak mau disandingkan denganku. Beruntung aku nggak dihina dina olehnya. Dia memang cowok yang baik. Aku nggak pernah salah menjatuhkan hati padanya.
***
Pada akhirnya, disinilah aku. Setelah bersusah-payah mengubah penampilan, aku mendapatkan diriku terlihat semakin mempesona. Acara ini membuatku bertoleransi untuk mengenakan dress yang cantik. Aku juga nggak keberatan memoleskan make up meski hanya minimalis. Bagiku yang penting wajahku nggak terlihat pucat. Hanya untuk malam ini.
“Baiklah, Naura. Apa kamu siap bertemu dengan Genta? Mari tunjukkan pesonamu sekarang!” batinku menyemangati diri sendiri.
Aku mengenakan alas kaki. Masih dengan model flat, tapi kali ini bukan lagi sandal gunung yang sangat suka kugunakan. Dani telah memilihkan sepasang sandal pesta sangat cantik yang katanya sangat serasi dengan dress yang kupakai.
Acara ulang tahun perusahaan memang mengundang pasangan dan anggota keluarga juga. Sayangnya aku adalah cewek perantau. Jadi, nggak ada anggota keluarga atau pasangan yang seharusnya kuajak. Sama sepertiku. Dani juga seorang perantau. Hingga kami berpikir kalau nggak masalah jika kami pergi berdua ke acara itu. Toh, kami adalah teman dekat.
Apalagi, dia juga yang menemaniku berubah menjadi seperti ini. Aku lebih perduli pada penampilan dan nggak canggung lagi berteman dengan make up juga skincare.
Lalu, disanalah aku melihatnya. Dani sedang duduk di luar, sebuah areal terbuka yang memang disediakan untuk menerima tamu cowok di kosan kami. Dia mengenakan kemeja biru yang lengannya dilipat hingga siku juga celana jeans hitam.
Saat netranya mengarah padaku, aku melihat dia sedikit terpaku. Entah mengapa, hal itu membuatku sedikit tersipu.
Oh ayolah. Itu hanya seorang Dani. Dia bukan Genta yang kusukai. Jadi kenapa harus tersipu malu segala, gejolak batinku.
Maka, aku berjalan dengan langkah mantap kearahnya. “Aku sudah siap. Apa menurutmu Genta akan menyukai perubahanku?” tanyaku.
Dia terlihat berpikir sejenak. “Seenggaknya dia pasti akan merubah sudut pandangnya terhadapmu,” jawab Dani.
Yah, Dani benar. Entah nantinya Genta akan menyukaiku atau nggak. Hal yang paling penting adalah aku sudah mencintai diriku sendiri. Percaya pada pesonaku. Sehingga cepat atau lambat dia akan mendekat. Apalagi jika dia benar-benar adalah jodoh terbaikku.
Dani membawaku ke tempat pesta dengan mobilnya.
[To be Continue]
#CintaiDirimuSendiriMakaOrangLainAkanMencintaimu2
Wah nggak sabar ini nunggu lanjutannya gimana. Kapan toh mbak?
BalasHapusApakah mungkin Dani suka dengan Naura? Keknya bakalan sama Dani deh ini.... Ahhh jadi penasaran kan nunggu lanjutannya
BalasHapusWah gimana ya kelanjutan ceritanya? Apa "aku" bisa berjalan mnjalin hubungan dengan Genta. Penasaran euyy...
BalasHapusAh.. mending sama Dani aja deh, dia nggak hanya care tapi jadi diri sendiri di depan Naura. Lagian jangan2 nanti malah orang2 tahunya udah jalan sama Dani! Wkwkwk
BalasHapusBagus ceritanya, akankah naura menjadi istri Genta ? Ataukah sama Dani ? Ikuti terus cerita selanjutnya. He he..
BalasHapusCintai diri sendiri, perbaiki yg kurang baik. Berubah untuk lebih baik. Dimulai dari diri sendiri. Kl jodoh gak akan kemana ya
BalasHapusCeritanya simpel tapi mengena hehe
Sama Dani saja yang sepertinya mencintai Naura. Daripada Genta yang enggak mau nerima Naura apa adanya huh
BalasHapusAku penasaran sama lanjutannya nih...Mbak Yuni selalu TOP BGT kalau nulis cerita...jadi ikut larut akutuuu
Setuju banged Mbak Yuni... Kl kita udah mencintai diri kita sendiri, menerima kelebihan n kekurangan dg tetap punya niat memperbaiki diri terus, insyaallah jodoh pun akan dtg yg sekufu, baik agama maupun kepribadiannya dg kita
BalasHapusMencintai diri sendiri,akan membuat kita akan lebih bahagia.
BalasHapusNah,,jika jiwa kita nggak stress dan merasa lebih rileks terlebih lagi bahagia. Makan efeknya akan terasa baik terhadap diri sendiri maupun orang sekitar.
Biasanya yang cuek dengan penampilan itu perempuan tomboy. Naura tomboy nggak ya? hehe.. menunggu lanjutannya
BalasHapusIih jadi penasaran kelanjutannya nih mbak. Dani kayaknya suka tuh sama Naura, eh tapi gak tau juga sih...
BalasHapusTunggu kelanjutannya ya mbak...
Selflove ini adalah topik yang aku suka walau di sisi lain juga masih gelut untuk menerapkannya :) kadang kalau kumat insecure, jadi suka mengutuk diri sendiri kenapa gak A, kenapa gak B. Masih PR banget aku perihal hal ini.
BalasHapusEh tadinya kukira Dani tuh cewe..ternyata cowo ya.. Hmm, jangan-jangaan.. Ups, maaf mba Yuni, jadi mereka-reka cerita nih aku haha..
BalasHapusSukaa banget sama judulnya. Cintai dirimu sendiri, sebelum mencintai orang lain. Cerpen yang bagus, sangat penuh makna. Karena kadang kita emang suka insecure kan liat orang lain kayak si naura
BalasHapusKita gak akan bisa mencintai orang lain sebelum mencintai diri sendiri. Cewek gunung kalo tiba-tiba dandan cantik emang bikin pangling. Hehehe. Beruntungnya Naura. Sayang ceritanya masih bersambung. Selamat menulis mba.
BalasHapusSelamat berjuang, hai gadis sholehah. Sebutkan nama Genta di sujud sepertiga malam, dan biarkan garis jodoh menuntunnya datang.
BalasHapusInshaAllah
Ikhtiar para pecinta, meminta dan berpasrah pada Sang Maha Mencinta
Sama Dani aja Nau Nau! Percaya dengan hati, yang bikin deg2an, bisa jadi yang jadi takdir kita nanti.
BalasHapusSelflove itu penting banget emang mbak. Supaya bisa mencintai orang lain dengan lebih paripurna
Ide cerita tentang insyekur cakep juga ya kalo dijadikan cerita fiksi. Aku penasaran gimana kelanjutan ceritanya. Beneran nggak sih Dani suka sama Naura? Ahh kepo deh pengen tahu gimana cerita mereka, mbak
BalasHapustulisan yang bagus banget. strong pointnya adalah self-love yang kadang sukar untuk dilakukan karena sering mengedepankan opini dan validasi dari lingkungan sekitar yang gak jarang efeknya jadi memaksakan kehendak diri sendiri.
BalasHapus